Oleh : Siti Khuzaiyah, SST, M.Kes*
Hakikat
Perempuan
Perempuan merupakan sosok
yang unik dan memiliki nilai khas tersendiri. Perempuan juga merupakan
unsur penting dalam menjaga keberlangsungan rumah tangga. Perempuan merupakan
sosok yang memiliki peran sebagai istri atau ibu, dan peran sebagai mitra dalam
mencari nafkah dalam kehidupan sehari-sehari di keluarga. Teori lain
menyebutkan bahwa seorang ibu harus mempunyai keterampilan dalam berbagai
cabang usaha, guna menjadi seorang ibu yang ideal, saleh, cakap dan sehat. Lebih
jauh, perempuan disebut sebagai pendidik anak, manager keluarga, psikolog bagi
anaknya, perawat, koki, pelindung panutan, akuntan keluarga, motivator, dokter
keluarga, fashion designer, interior designer, sekretaris, sahabat, pegawai
teladan, event organizer di keluarga, sebagai partner dan sebagai superhero.
Perempuan juga merupakan aset, potensi, dan investasi yang penting bagi
Indonesia, yang dapat berkontribusi secara signifikan, sesuai kapabilitas dan
kemampuannya .
Baca Juga : Posyandu Remaja Komprehensif : Kolaborasi untuk Mewujudkan Remaja Sehat Fisik, Mental, Spiritual dan Cakap
Seorang penyair ternama
Hafiz Ibrahim mengungkapkan: “Al-Ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta
sya’ban thayyibal a’raq”. Yang artinya: Ibu adalah madrasah (Sekolah) pertama
bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau
persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya. sosok perempuan juga menempati
posisi penting, khususnya dalam hal perannya mendidik anak.
Definisi-definisi
tentang perempuan di atas tentu menjadi pengingat bahwa perempuan bukanlah
sosok yang hanya berkutat di dapur, sumur dan Kasur sebagaimana sering
didengungkan beberapa waktu lalu. Namun, lebih jauh perempuan punya peran amat
penting baik di dalam keluarga, di masyarakat, maupun secara lebih luas bagi
negara. Khususnya dalam hal pendidikan anak, perempuan merupakan sosok vital
dalam mendidik dan menciptakan generasi masa depan yang berkualitas.
Hakikat Perempuan Berkemajuan
Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, maju berarti: berjalan (bergerak) ke muka, tampil ke muka, menjadi
lebih baik (laku, pandai, dan sebagainya), berkembang, telah mencapai atau
berada pada tingkat peradaban yang tinggi. Maju juga bermakna cerdas,
berkembang pikirannya, dan berpikir dengan baik. Sedangkan berkemajuan bermakna
memiliki kemajuan. Mengacu pada definisi tersebut, maka seorang perempuan
berkemajuan sudah sepatutnya terus bergerak maju, berani tampil di muka, mau
berkembang ke arah kebaikan, beradab, cerdas, dan selalu berpikir positif.
Seorang perempuan berkemajuan tentu menghindari segala aktivitas yang
merendahkan martabat dirinya sebagai seorang perempuan seperti ber-ghibah, memamerkan aurat, malas belajar,
serta rendah diri. Sebaliknya, perempuan berkemajuan akan snenatiasa belajar,
semangat, berkembang dan menjadikan kehidupannya sellau lebih baik.
Mengenal Era Society 5.0 Kaitannya dengan Peran Pendidik
Akhir-akhir ini telah
didengungkan sebuah istilah baru, yaitu Era
Society 5.0. lalu apa sebenarnya Era
Society 5.0? Society 5.0 adalah
masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial
dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0
seperti Internet on Things (internet
untuk segala sesuatu), Artificial
Intelligence (kecerdasan buatan), Big
Data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia. Society 5.0 juga dapat diartikan sebagai sebuah konsep masyarakat yang
berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Dalam menjawab tantangan di era
Industri 4.0 dan Society 5.0 diperlukan keterampilan yang disebut 4C yaitu Creativity, Critical Thingking, Communication dan Collaboration sehingga guru diharapkan menjadi pribadi yang
kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi serta menjadi suri teladan. Lebih lanjut, sebagai pendidik di era
society 5.0, para guru harus memiliki keterampilan dibidang digital dan
berpikir kreatif.
Menjadi Perempuan Pendidik Anak yang Berkemajuan di Era Society 5.0
Pendidik artinya adalah
orang yang mendidik. Perempuan pendidik merupakan perempuan yang terus mendidik
orang-orang di sekitarnya. Yang disebut perempuan pendidik tentu bukan hanya
perempuan yang bekerja sebagai guru atau dosen saja dan bekerja di sekolah atau
perguruan tinggi. namun, perempuan pendidik harus dimaknai secara luas meliputi
perempuan yang mendidik di dalam rumah dan di masyarakat.
Menilik kembali syair Arab
yang menyebutkan bahwa seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak, maka
disini tampak sekali bahwa peran perempuan dalam mendidik anak di rumah
sangatlah besar. Seorang permepuan dapat mendidik anaknya sejak pagi bangun
tidur hingga malam menjelang tidur. Bahkan, seorang perempuan juga bisa
mendidik anak sejak anak di dalam kandungan.
Pertanyannya, apakah cara
seorang perempuan mendidik anaknya ini sudah sesuai dengan kondisi masa kini?
Apakah pola mendidik anak sudah disesuaikan dengan kriteria keterampilan yang
harus dicapai oleh anak generasi era 5.0? Pertanyaan ini penting dijawab, agar
peran perempuan dalam mendidik anaknya ini benar-benar dapat berjalan maksimal
dan membuahkan hasil yang baik. Jangan sampai di Era Society 5.0 ini seorang
ibu masih mendidik anak dengan cara lama seperti yang diterapkan oleh nenek
moyangnya 50 tahun yang lalu. Pola pendidikan jaman lampau seperti selalu
mendikte aktivitas anak dan memaksa anak melakukan sesuai keinginan orangtua sudah seharusnya
ditinggalkan. Kita harus sadar penuh bahwa generasi di Era Society diharapkan
memiliki empat karakter Creativity
(kreativitas) Critical Thingking (berpikir kritis), Communication (mampu berkomunikasi) dan Collaboration (mampu berkolaborasi).
Maka, pola dan cara perempuan mendidik
anaknya di rumah juga harus dapat mendorong anak-anak memiliki karakter
tersebut.
Untuk mendorong kreativitas
anak, seorang perempuan (khususnya ibu) dapat melakukan berbagai cara sebagai
berikut: mengakui pekerjaan anak dan segala upaya yang telah dilakukan anak
secara serius, memberikan kesempatan
anak menyampaikan pengetahuaun yang telah dia dapatkan, untuk aktivitas yang
kreatif, mempertemukan anak dengan orang-orang yang kreatif, dan terakhir
ajarkan kepada anak bagaimana mengambil langkah dan bertahan dalam kerjaan
mereka karena kreativitas memerlukan ketekunan dan komitmen jangka panjang
(Dlugosz, 2015). Ibu juga dapat merangsang anak agar kreatif dengan cara: memberikan kesempatan anak untuk memilih,
menyediakan lingkungan yang menstimulasi kreativitas, memberikan kesemapatan
anak untuk bermain dan berfantasi, dan melakukan sintesa yang menggabungkan dua
hal yang beda (seperti memaparkan anak dengan komunitas yang beraneka ragam,
curah pendapat, menempatkan anak di tempat dan waktu yang berbeda, mendorong
anak, menkritik secara jujur, dan memberikan kesempatan anak bergabung do lingkungan
dimana tidak ada jawaban benar satupun untuk setiap masalah yang dihadapi.
Sementara itu, untuk
mendorong berpikir kritis, ibu dapat melalukan beberapa hal, yaitu: 1) ketika
mengerjakan peekerjaan rumah, dorong anak mencurahkan ide mereka dan berpikir
kenapa-rangsang anak dengan sebuah pertanyaan “apa yang akan terjadi jika kamu
melakukan ini?,dst; 2) Memuji ide-ide dan imajinasi anak meskipun tidak
sepenuhnya benar; 3) Mencari kesempatan baik untuk melatih berpikir kritis
anak, khususnya pada saat membaca buku coba munculkan pertanyaan yang
memungkinkan penilainya bervariasi; 4) Mendorong anak untuk mengeksplor sesuatu
dari posisi dan sudut pandang yang berbeda; 5) Bantu anak Anda mengidentifikasi
faktor atau kriteria yang relevan; dan 6) Berikan kesempatan anak menyampaikan
ide (dan terima ide anak jika memungkinkan) dalam merencanakan acara,
menetapkan aturan keluarga dan memecahkan masalah pribadi untuk dipertimbangkan
ketika membuat keputusan tertentu (Case, tanpa tahun).
Lebih lanjut, untuk mendorong
anak berkomunikasi, ibu dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) memberikan
waktu 5-10 detik untuk dia menjawab pertanyaan yang diajukan oleh ibu; 2)
Jangan terlalu banyak mengoreksi Bahasa anak; 3) Fokus, menatap anak dna
menghargai setiap apa yang dikatakan anak; 4) Jadilah contoh yang baik bagi
anak; 5) Matikan televise; 6) Rangsang anak agar semangat membaca (membaca
buku, tulisan di jalan, kotak sereal, atau membaca tulisan di baju yang
dikenakan oleh orang); 7) Ajukan pertanyaan terbuka pada anak; 8) Seringlah
mengulang kata-kata; 9) Menggamrkan kesimpulan atau menjelaskan sebuah akibat;
dan 10) Memuji anak ketika anak mau berbicara.
Terkahir, untuk merangsang
kemampuan kolaborasi anak, ibu dapat membiasakan anak bergabung dan bekerjasama
baik dengan keluarga ataupun dengan teman di lingkungan dia.
Untuk dapat menjalankan peran sebagai pendidik di Era Society 5.0 seperti yang telah dijelaskan di atas, perempuan harus terus semangat belajar dan memperbaiki diri. Belajar dapat dilakukan dengan cara sekolah/kuliah, ikut pelatihan, membaca buku, bergabung dengan komunitas positif, dll. Perempuan juga harus melek tekhnologi. Hal ini sejalan dengan konsep perempuan berkemajuan bahwa seorang perempuan berkemajuan harus terus maju, cerdas, dan selalu menjadi lebih dari hari ke hari. Maka di Era society 5.0 seperti saat ini, tidak ada alasan bagi perempuan untuk tidak belajar. Perempuan harus senantiasa mengembangkan ilmu dan keterampilan karena sejatinya ketika seorang perempuan maju dan berkembang, dia sedang maju dan berkembang tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk anak-anaknya. Ini bermakna bahwa ketika seorang perempuan menjadi perempuan yang berkemajuan, maka anak-anaknya kelak juga akan menjadi anak-anak yang berkemajuan.
*Penulis adalah bidan, dosen kebidanan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan dan peneiliti di bidang kesehatan. Penulis yang memiliki 3 anak ini juga merupakan Ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah KAb Pekalongan Jawa Tengah. Penulis aktif bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat. Penulis dapat dihubungi melalui email bidankhuzaiyah@gmail.com, atau melalui instagram @bidan_sitikhuzaiyah_yayah , facebook: Khuzaiyah Nasima
Referensi:
Aswiyati, I. (2016). Peran wanita dalam menunjang perekonomian rumah tangga keluarga petani tradisional untuk penanggulangan kemiskinan di Desa Kuwil Kecamatan Kalawat. HOLISTIK, Journal Of Social and Culture.
Bappenas, 2019. https://www.wartaekonomi.co.id/read226514/kepala-bappenas-tegaskan-peran-perempuan-dalam-pembangunan-indonesia.html
Case, Roland. Tanpa tahun. Nurturing critical thinking: A note to parents https://tc2.ca/uploads/PDFs/Critical%20Discussions/nurturing_critical_thinking.pdf diakses pada 13 Oktober 2021
Direktorat Sekolah Dasar. 2021. Menyiapkan Pendidik Profesional Di Era Society 5.0. http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/menyiapkan-pendidik-profesional-di-era-society-50. Diakses pada 13 Oktober 2021
Długosz, Małgorzata Wolska. 2015. Stimulating the development of creativity and passion in children and teenagers in family and school environment - inhibitors and opportunities to overcome them. Journal Procedia - Social and Behavioral Sciences 174 ( 2015 ) 2905 – 2911. doi: 10.1016/j.sbspro.2015.01.1027
https://www.home-speech-home.com/how-to-improve-communication-skills.html
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. 2021. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pendidik diakses pada 13 Oktober 2021
Murtafiah, Eli. 2019. Pentingnya Peran Ibu Sebagai Madrasah Al-Ula Dalam Pendidikan Anak. Institue Agama Islam Negeri Semarang. https://iain-surakarta.ac.id/pentingnya-peran-ibu-sebagai-madrasah-al-ula-dalam-pendidikan-anak/. diakses pada 13 Oktober 2021
Sevima. 2021. Perguruan Tinggi Menghadapi Era Society 5.0. https://sevima.com/perguruan-tinggi-menghadapi-era-society-5-0/ Diakses pada 13 Oktober 2021
Zahrok, S., & Suarmini, N. W. (2018). PERAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA. IPTEK Journal of Proceedings Series, (5), 61-65
BERITA TERKAIT
