Hidup Kita Bagaikan Musafir
عن ابن عمر – رضي الله عنهما- قال: أخذ رسول
الله صلى الله عليه و سلم بمنكبي فقال: كن في الدنيا كأنك غريب، أو عابر سبيل وكان
ابن عمر – رضي الله عنهما – يقول: إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وإذا أصبحت فلا
تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك. رواه البخاري
“Dari
Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa
sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia
seperti orang asing atau musafir.” Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di
sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi
hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit
dan masa hidupmu sebelum mati.” (HR. Bukhori)
Sesungguhnya
kita ini “musafir”. Kita ini “pengembara”. Seorang musafir
tentu sedang dalam perjalanan menuju tujuan akhir yang masih jauh. Jika saat
ini kita berada di suatu tempat, maka kita hanyalah mampir di tempat itu untuk
sementara, dan setelah itu akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang
sebenarnya. Demikianlah kehidupan dunia ini hanyalah tempat persinggahan
sementara. Tujuan akhir kita adalah “Akherat”. Disanalah kehidupan
yang sebenarnya. Disanalah kebahagiaan yang sebenarnya, sebagaimana juga
penderitaan yang sebenarnya. Disanalah kehidupan yang kekal.
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَا
“Tetapi
kamu orang-orang kafir memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat
adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la :16-17).
Allah
Swt. menciptakan kita, lalu menempatkan
kita di dunia ini. Karena perjalanan kita masih panjang, maka kita pasti akan
meninggalkan dunia ini, melanjutkan perjalanan ke tempat (alam) berikutnya,
yaitu alam kubur atau alam barzah, lalu berlanjut ke tempat (alam) berikutnya
yaitu akhirat. Inilah kebenaran dan kepastian dari Allah tentang perjalanan
hidup kita.
Kita
telah melewati sebuah alam (alam Ruh dan ‘alam rahim’), dan sekarang kita di
alam dunia, akan menuju ke alam yang akan datang, yaitu Akhirat.
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ
أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ
“Mengapa
kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan
kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya
lah kamu kembali.” (QS. Albaqarah : 28).
Pada
ayat ini terdapat sebuah pertanyaan yang mengandung makna keheranan dan celaan
serta pengingkaran dari Allah, yaitu bagaimana bisa terjadi kekufuran kepada
Allah yang telah menciptakan kita dari tidak ada. Dia memberikan nikmat dengan
berbagai macam nikmat. Dia yang mematikan kita ketika ajal telah tiba. Dia yang
memberikan balasan siksa atau nikmat kubur atas amal kita sewaktu hidup di
dunia. Dia pula yang membangkitkan kembali di hari ba’ats (hari kebangkitan) dan berdiri di padang
mahsyar. Akhirnya kita akan kembali kepada-Nya dengan mendapatkan balasan yang
setimpal di akhirat.
Dulu
kita tidak ada, lalu Allah mengeluarkan kita ke dalam wujud (menjadi ada).
Cobalah kita merenung sejenak, kita dari “tidak ada”, lalu menjadi “ada” karena diciptakan atau
diadakan oleh Allah. Kita tidak tahu, di manakah kita dahulunya tersebar; di dedaunan, di biji-bijian atau di air
mengalir?. Sebagai ciptaan Allah, tidak ada bedanya dengan pepohonan,
rerumputan, serangga yang kemudian dihidupkan-Nya. Terbentuklah air mani dalam
Shulbi seorang ayah, lalu masuk ke rahim seorang ibu, kemudian menjadi segumpal
darah, dan darah itu berasal dari makanan; hormon, kalori dan vitamin. Dalam
rahim seorang ibu dikandung sekian bulan, lalu diberinya akal. Kemudian
mengembara di permukaan bumi berusaha mencukupkan keperluan-keperluan hidupnya.
Tidakkah pantas kalau kita beriman dan bersyukur kepada-Nya?
Pada
ayat ini Allah memberikan informasi bahwa pada diri ada kematian yang pertama,
yaitu sewaktu kita masih belum ada atau sebelum kita diciptakan, dan ada pula
kehidupan yang pertama, yaitu setelah kita ada atau setelah kita diciptakan.
Pada ayat itu, Allah juga memberikan informasi lanjutan, bahwanya ada kematian
yang kedua, dan ada pula kehidupan yang kedua.
Kemudian
kita dimatikan kembali untuk yang kedua, nyawa dicabut, dipisahkan dari badan
kita. Badan dikembalikan kepada asalnya. Datang dari tanah dipulangkan ke
tanah. Kemudian dihidupkan kembali untuk yang kedua pula, Sebab nyawa (roh) yang berpisah dari badan
tadi tidaklah kembali ke tanah, tetapi pulang ke tempat yang hanya diketahui
oleh Allah buat menungggu datangnya hari kiamat. Itulah hidup yang kedua kali; yaitu hidup yang lebih tinggi dan lebih
mulia, sehingga bagi yang beriman tidak ditemukan lagi kesengsaraan dan
penderitaan seperti di jaman hidup yang pertama di dunia.
Pada
ayat ini Allah memberikan informasi kembali kepada kita, bahwanya ada kematian
yang kedua, yaitu ketika kita dimasukkan ke dalam kubur, dan ada pula kehidupan
yang kedua, yaitu setelah dibangkitkan kembali nanti di hari ba’ats. Membaca
ayat di atas menjadi sangat jelas, bahwa kematian adalah dua kali dan
kehidupan adalah dua kali pula. Hal ini
senada dengan firman Allah berikut ini :
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ
وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ
سَبِيلٍ
“Mereka
menjawab : “Ya Tuhan Kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah
menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka
Adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” (QS. Ghafir
: 11)
Menurut
Adh-Dhahhak yang bersumber dari Ibnu Abbas tentang firman Allah surat Ghafir
(Al-Mu’min) ayat 11 ini : Dulu, sebelum Allah menciptakan kita, kita ini adalah
bagian dari tanah. Ini adalah kematian. Kemudian Allah menghidupkan kita,
sehingga terciptalah kita. Ini adalah kehidupan. Kemudian Allah mematikan kita,
hingga kita kembali ke dalam kubur, ini adalah kematian yang kedua. Selanjutnya
Allah membangkitkan (menghidupkan) kita kembali di hari ba’ats. Ini adalah
kehidupan yang kedua.
Demikianlah
dua kematian dan dua kehidupan yang dimaksud oleh ayat 28 surat Al-Baqarah ini. Firman Allah yang
semakna adalah ayat 26 surat Al-Jatsiyah :
قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ
ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لا رَيْبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Katakanlah:
“Allah-lah yang menghidupkan kalian kemudian mematikan kalian, setelah itu
mengumpulkan kalian pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Al-Jatsiyah : 26)
Artinya
setelah kita dihidupkan kembali, kita
dipanggil kembali kehadirat Allah untuk diperhitungkan, dicocokkan hasil
catatan malaikat dengan perbuatan kita semasa hidup kita, lalu diputuskan ke
tempat mana kita akan dimasukkan, kepada golongan orang-orang yang berbahagia
dalam surga ataukah kepada golongan orang-orang yang celaka dalam neraka. Semua
orang yang beramal, berbuat atau bekerja di dunia ini akan mendapatkan balasan
dari Allah nanti di hari kiamat sesuai dengan amalnya. Dan keadilan akan berlaku serta kezaliman
tidak akan ada. Sedang kasih sayang
IIahi telah kita rasakan sejak dari alam fana ini. Kalau kita mendapat celaka,
tidak lain hanyalah karena kesalahan kita sendiri. Begitulah Allah telah
membuat rangkaian hidup yang kita tempuh, maka bagaimana kita bisa kufur
terhadap-Nya.
Penulis : Drs.H. Achmad Sulaiman, Wakil Ketua PDM Kabupaten Pekalongan