Tokoh

Modernisasi Muhammadiyah Pekalongan Ala Farid Akhwan : Dari Politikus Senayan Menjadi Kader Pengabdi Persyarikatan

pekalonganmu.com – Setiap era ada orangnya, setiap orang ada era-nya begitulah perjalanan hidup manusia dan silih bergantinya cerita kehidupan dimuka bumi.  

Mengenal sosok Bapak Farid Akhwan adalah  sosok yang bisa diambil inspirasi dan teladan dalam beberapa hal.  Berbicara tentang nama Bapak Farid Akhwan, maka tidak akan bisa dipisahkan dengan persyarikatan Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan dalam 15 tahun terakhir. Nama beliau juga tidak bisa dihilangkan begitu saja dari jejak sejarah peta politik di Kabupaten Pekalongan dimana beliau juga aktif di orpol Golkar dan merupakan mantan Anggota DPR-RI fraksi Golongan Karya (Golkar) dari Kabupaten Pekalongan. Beliau saat ini masih memegang catatan rekor belum terpecahkan sebagai kader Muhammadiyah putra Pekajangan asli  yang mampu menjadi Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan yang sampai sekarang belum ada politikus muda dari Pekajangan yang bisa menempati posisi tersebut. 

Pada sisi   lain, menjadi Ketua Muhammadiyah Daerah Kabupaten Pekalongan selama tiga periode  setelah “diwisuda” dari anggota DPR RI 1997-1999 bisa dikatakan anugerah bisa juga merupakan amanah dan tanggung jawab sejarah yang mesti dilakoni setelah melanglang-buana sebagai politikus. Dengan segudang pengalaman dan nama besar beliau sebagai politikus  Golkar pada puncak karier waktu itu ketika ada perubahan iklim politik bernama   reformasi, sungguh  Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan seperti mendapatkan bongkahan harta karun yang lama dinantikan. Kader persyrikatan yang digadang untuk mengurus dan membenahi organisasi Persyarikatan Muhammadiyah hadir juga.

Setelah era Drs.H. Basuni (alm) yang diteruskan oleh Bapak Drs. Abdullah Djawahir (alm) (1990-1995)— Besan bapak Supardi Thoyieb PCM Wuled—kemudian pada periode 1996-2000 oleh Bapak Drs. H Hajam Zakaria (alm). Sudah cukup lama posisi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan sampai era tahun 2000an yang berkantor dengan alamat  di Jl Raya Pekajangan No. 285 Kedungwuni Pekalongan  seperti juragan yang kurang punya wibawa, kurang diperhitungkan karena tidak memiliki home base  yang tetap, seolah masih  “bergantung” dengan kemurahan Muhammadiyah Cabang Pekajangan yang ikhlas gedung dan kantor milik PCM Pekajangan juga dijadikan sekretariat dan pusat kegiatan PDM Kabupaten Pekalongan selama sekian dekade.

Ada tiga catatan penting  menurut penulis yang sudah ditancapkan oleh Bapak Farid Akhwan selama memimpin Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan selama lima belas tahun alias selama tiga (3) periode yakni ; 2001-2005, 2006-2010 dan 2011-2015. Tiga catatan tersebut adalah ;

Memulai dan Menyelesaikan pembangunan Gedung Dakwah Sekretariat Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan di Kajen.

Setelah sekian dekade PDM Kabuapaten Pekalongan seperti tidak memiliki rumah yang pasti, maka beliau Bapak Farid Akhwan melakukan terobosan memulai pembangunan sekretariat yang kini dikenal sebagai Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Kajen dengan swadaya murni anggota Muhammadiyah. Sebagai organisatoris tulen dan kenyang dunia sosial politik, beliau sangat paham betul bahwa salah satu pilar kewibawaan organisasi Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan harus ditegakkan dimulai dengan memiliki gedung kantor milik sendiri yang tidak menginduk ke Muhammadiyah Cabang Pekajangan. 

Biarpun dalam perjalanan pembangunannya Gedung GDM Kajen bisa dikatakan beberapa kali kekurangan dana, seret pembangunannya, namun beliau kukuh yakin menyelesaikannya dengan cara “memaksa” segenap anggota untuk bertanggung jawab dan memiliki gedung GDM itu dengan membebankan biaya pembangunan kepada segenap Pimpinan Muhammadiyah dari Daerah, Cabang dan ranting serta AUM se-Kabupaten Pekalongan. Dengan cara melakukan iuran secara terencana, proporsional yang berkelanjutan selama beberapa tahun. Sebuah upaya diawal beraroma masygul namun sukses berdiri tegak dengan megahnya.  

Penulis masih ingat bahwa Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) yang diklaim sebagai termegah se-Asia Tenggara ini ketika beliau membanggakan di depan Prof Din Syamsudin saat melakukan peresmian GDM. Tentu istilah “Termegah se Asia Tenggara” adalah humor segar sebagai upaya membanggakan jerih payah semua warga Muhammadiyah se-Kabupaten Pekalongan yang sudah berkeringat menyisihkan amal jariyahnya demi berdirinya Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Kabupaten Pekalongan. Sebenarnya dengan koneksi ketokohannya pada waktu itu penulis percaya tidaklah sulit bagi beliau meminta bantuan segenap koleganya yang menjadi pejabat publik untuk “mempercepat” selesainya GDM, namun hal itu tidak beliau lakukan.

Memulai dan Melaksanakan Tradisi Tertib Keuangan dan Permusyawaratan Organisasi.

Di era kepemimpinan Bapak Farid Akhwan Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan dipaksa secara pelan untuk tertib secara keuangan dan permusyawaratan organisasi. Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan seperti diingatkan untuk membuat anggaran operasional organisasi yang sederhana, berapa kebutuhan anggaran PDM setiap tahun, kemudian dibagi secara merata tanggung jawab sumber keuangan kepada PCM dan PRM serta AUM melalui Sumbangan wajib Organisasi (SWO). Penulis pernah diberi tugas meminta tagihan SWO salah satu AUM besar yang belum diambil SWO-nya selama sekian tahun, dan ketika AUM tersebut kita datangi dengan komunikasi yang baik dan familiar, kita jelaskan secara terbuka, akhirnya mendukung untuk membayarkan kewajiban SWO-nya. 

SWO yang pada periode sebelumnya hanya diminta ketika ada kegiatan organisasi saja, maka di kepemimpinan beliau, SWO dibuat perencanaan yang jelas dan terukur baik secara nominal sumber pendapatan maupun Pos-pos pengeluarannya. Marwah kelembagaan PDM diwujudkan sehingga segenap PCM dan PRM benar-benar merasakan keberadaan dan memiliki Pimpinan yang diandalkan. Hal kedua yang beliau lakukan adalah dengan melaksanakan AD/ART Persyarikatan Muhammadiyah yakni dengan selalu melaksanakan permusyawaratan Pimpinan setiap tahun dalam forum Musypim (Musyawarah Pimpinan). Selain untuk melaporkan agenda apa saja yang sudah terlaksana maupun yang belum terlaksanan, forum Musypim ternyata menjadi kabar PCM atau PRM mana saja yang belum lunas membayar infaq/iuran pembangunan Gedung Dakwah GDM, sebuah cara tertib organisasi yang elegan namun mengena untuk mengingatkan dan memaksa PCm dan PRM yang belum lunas iuran Gedung Dakwahnya.

Membawa Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan Sebagai Institusi Dakwah yang sangat diperhitungkan dan dihormati Pemerintah dan Masyarakat.

Di era beliau, PDM Kabupaten Pekalongan mengawal 2 orang Bupati dengan tiga  masa Jabatan yang penuh warna-warni. Kabupaten Pekalongan bisa dikatakan selama periode 1996 s/d 2015 menjadi ajang 2 orang tokoh bupati bukan dari warga Muhammadiyah yang bersaing di satu sisi,  sementara di sisi lain Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan jangan sampai terkerdilkan oleh kekuasaan. Dengan segenap kapasitas dan pengalaman jaringan sosial politik yang dimiliki, Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan bisa tegak berdiri lurus menjalankan gerak dakwah islam Amar Makruf Nahi Munkar dengan segala dinamikanya. 

Memang ada beberapa tokoh masyarakat yang menilai peranan beliau terkadang sedikit memperoleh keuntungan politik dari posisi sebagai ketua PDM Kabupaten Pekalongan, Ada juga yang menilai bahwa Muhammadiyah kurang tegas mensikapi kasus-kasus yang ada sehingga seolah Muhammadiyah “kena flu”. Tentu tidaklah mudah memposisikan Muhammadiyah agar tetap “selamat” ditengah naik turunnya suhu politik lokal pada waktu itu, Tetapi Muhammadiyah yang lebih tua dan lebih berpengalaman dari negeri ini tentu jangan sampai terjerebab dalam permainan politik yang cenderung transaksional, dan peran Bapak Farid Akhwan mampu melewatinya dengan baik.

Tentu bukan berarti tidak ada kritik atau kekurangan dalam 15 tahun beliau memimpin Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan. Menurut penulis, ada sisi yang sebenarnya merupakan maksud baik beliau namun menjadi kurang produktif bagi kelembagaan. Setidaknya ada dua hal yang perlu digarisbawahi, yakni pertama, Segenap pimpinan dan anggota PCM dan PRM terlanjur “terpukau” dengan kharisma Pak Farid, sehingga nyaris tidak ada keberanian Pimpinan yang lain untuk mengkritisi atau mengatakan tidak kepada beliau, apalagi berdebat. “Kharisma beliau menjadikan orang menerima konsep dan kebijakan tanpa reserve, namun disisi lain diskusi ataupun eksplorasi ide-ide segar pada forum resmi pimpinan menjadi senyap bahkan menjurus  miskin ide”.  Kedua, Hampir selama 15 tahun kepemimpinan beliau sangat jarang level pimpinan kedua memunculkan potensinya untuk tampil dikarenakan disparitas, perbedaan jarak yang nyata kapasitas dan kapabilitas beliau dengan level pimpinan yang lain menjadikan 15 tahun kepemimpinannya serasa sulit tertandingi. 

Sebenarnya menurut penulis, sosok Farid Akhwan adalah orang yang mau mendengarkan masukan dan kritikan dari sesama pimpinan, juga sosok yang sederhana dan apa adanya. Hal ini dibuktikan dengan pengalaman pribadi penulis. Suatu hari setelah seminggu selesai Musyawarah Daerah (Musda) Muhammadiyah di Kajen pada 2006, penulis melalui telepon berbincang kepada Pak Farid tentang usulan calon pimpinan Muhammadiyah di Kabinetnya periode 2006-2010. 

Farid Akhwan : “Menurutmu sopo is posisi sekretaris sing lebih cekatan? “ Sekretaris PDM kudu ganti pak, sing enom.” Jawab saya waktu itu.

Farid Akhwan : “Sopo Kiro-kiro penggantine Rozim menurutmu?” Lalu saya menjawab, “Rissa bae pak, soale mas Rissa kui mantan Ketua Pemuda, pasti lebih cekatan geraknya.” 

Farid Akhwan : “Lha terus Rozim dadi opo yen ora sekretaris.?” Kemudian saya menjawab lagi, “ Pak Rozim naik jadi Wakil Ketua PDM saja pak,  sambil dikader untuk periode yang akan datang.” 

Farid Akhwan : “ Oh ngono to is, yo wis makasih yo.” Jawab beliau enteng tanpa beban.

Tidak sampai satu minggu dari pembicaraan itu, munculah susunan Pengurus PDM Kabupaten Pekalongan 2006-2010 dengan Sekretaris mas Rissa Sumarstyanto dan mas Rozim menjadi Wakil Ketua. Di tahun 2016 ketika penulis bertugas sebagai Pimpinan Majelis Kader (MPK) PDM, penulis juga sempat berbincang dirumah beliau ketika akan menggelar acara diskusi kepemimpinan PDM periode 2016-2020.

Farid Akhwan : “Ono opo is.?”   Lalu saya menjawab, “ Ini lho pak silaturahmi sekaligus mau meminta pak Farid Hadir di acara Diskusi  Majelis Kader.”

Farid Akhwan : “Sopo sing diundang? Pak Pardi yo?” Tanya beliau. “Betul pak, Pak Farid kita undang menyampaikan hal kepemimpinan duet dengan Pak Pardi Primatex.” Jelas saya lebih lanjut.

Farid Akhwan : “Lha mungguhmu aku kon ngomong opo?” Tanya  beliau lagi dengan nada datar. Kaget juga saya ditanya hal demikian, lalu saya jawab saja secara sederhana, “ Mosok saya ngaturi poin2 yang mau disampaikan, yo..Pak Farid luwih ngertilah apa yang mau dinasehatkan” jawab saya, lalu saya mengalihkan perhatian pada bungkus plastik hitam di bangku kosong sebelah saya. “ Ini apa pak?” Tanya saya kepada beliau. 

Farid Akhwan : “ O.. iku bungkusan diberi Asip (Bupati terpilih), nembe wae Asip mrene silaturahmi” jawab beliau enteng. “Isine nopo nggih pak?” kejar saya. “Cobo Buka wae is, isine opo?” perintah beliau ringan saja kepada saya. Saya tidak lantas secara lancang membuka bungkusan itu walaupun sudah diberi perintah, “Melihat wujudnya Koyone sarung pak.” Jawabku menebak.

Farid Akhwan : “ Iyo is sarung koyone.” . Bupati terpilih bersilaturahmi dan menghadiahkan sarung kepada beliau batinku.

Sosok  Farid Akhwan  Bisa dikatakan dengan tiga langkah besar yang telah dilakukan beliau diatas, PDM Kabupaten Pekalongan saat ini (2016-2020) sudah berada pada posisi mapan, established dan sudah menempati posisi semestinya sebagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah yang layak. Posisi yang 15 tahun lalu belum jelas terbentuk secara riil. Bisa dikatakan seorang Farid Akhwan telah memodernisasikan Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan menjadi lebih bermartabat, disegani dan menjadi rujukan Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan.

Pal Putih –Jakarta Pusat (23.38),  12 Maret 2019.

Tulisan atas permintaan pak Farid

 Untuk Buku Biografi Bapak Farid Akhwan 73 Tahun*)

Islah Milono**)

Ketua PD Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kab.Pekalongan 1994-1996.

Ketua  Pimp. Wilayah  IKatan Remaja /Pelajar Muhammadiyah Kalimantan Tengah 1997-1999. 

Pimpinan Majelis Kader PDM Kab.Pekalongan 2006-2010 dan 2010-2015.

Saat ini Bekerja  Sebagai Manajer Program LKMS-BWM Laznas BSM Umat Jakarta.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button