
*“Maut adalah suatu bahaya besar. Tetapi, lupa kepada maut adalah bahaya yang lebih besar lagi”.* (KH. Ahmad Dahlan)
✍️ Hidup adalah kumpulan hari, bulan, dan tahun yang berputar tanpa pernah kembali lagi. Setiap hari umur bertambah, usia berkurang. Hal itu berarti kematian kian dekat. Semestinya kita kian arif dan bijak menjalaninya, tetap dalam kesalehan, bertambah kuat akidah, semakin khusyuk dalam beribadah, dan mulia akhlak. Pada puncak kebaikan itu lalu kita wafat, itulah husnul khatimah. Kehidupan jasad hanyalah sementara di dunia.
Sedangkan kehidupan roh mengalami lima fase, yaitu: alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzah, dan alam akhirat. Berarti hidup di dunia hanya terminal pemberhentian menuju alam akhirat. Allah SWT mengingatkan kita, bahwa *”Kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”* (QS: Al-A’laa [87]: 17). Rasulullah SAW menggambarkan bahwa hidup ini tak ubahnya seorang musafir yang berteduh sesaat di bawah pohon yang rindang untuk menempuh perjalanan tanpa batas. Karena itu, bekal perjalanan mesti disiapkan semaksimal mungkin. *Sebaik-baik bekal adalah takwa* (QS Albaqarah [2]: 197).
Orang bertakwa adalah orang yang sangat cerdas. Ia tidak mau terjebak pada ”kenikmatan” sesaat, tetapi menderita berkepanjangan.
Karenanya, ia mengolah hidup yang sesaat ini menjadi berarti untuk kehidupan panjang tanpa akhir nanti. *”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”* (QS Al-Ankabuut [29]: 64).
Hidup ini di bawah tatapan dan aturan Allah. Segalanya digulirkan dan digilirkan: hidup, lalu mati; kecil, akhirnya membesar; muda, lama-lama tua; dan muncul kesenangan, terkadang berganti kesedihan. Oleh karena itu janganlah kita takut mati karena itu sangat berbahaya bagi kehidupan kita. Namun demikian jangan pula kita lupa akan kematian fitri yang pasti akan terjadi dan itu lebih berbahaya lagi.
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, ketika membahas bab thulul amal (panjangnya angan-angan) menyampaikan hadits Rasulullah ﷺ yang disampaikan kepada sahabat Abdullah bin Umar radiyallahu ‘anhuma tentang penyebab lupa akan kematian. Di mana di antara penyebabnya adalah panjangnya angan-angan seseorang sampai lupa bahwa di hadapannya ada kematian. Rasulullah ﷺ bersabda:
إذا أصبحت فلا تحدث نفسك بالمساء وإذا أمسيت فلا تحدث نفسك بالصباح وخذ من حياتك لموتك ومن صحتك لسقمك فإنك يا عبد الله لا تدري ما اسمك غدا
Artinya, “Jika engkau berada di pagi hari, maka jangan mengkhayal akan apa yang kamu dapatkan di sore hari. Jika kamu berada di sore hari, maka jangan mengkhayal akan apa yang akan kamu dapatkan di pagi hari. Ikatlah kehidupanmu dengan kematianmu. Ikatlah sehatmu dengan sakitmu. Karena sesungguhnya dirimu, wahai Abdullah! Tidak akan tahu seperti apa namamu esok” (HR Ibnu Hibban).
✍️ Hadits tersebut di atas memberikan sebuah pengertian kepada kita bahwa seharusnya semua manusia tidak perlu berangan-angan terlalu panjang tentang masa depan setiap materi dan kesenangan-kesenangan dunia lainnya. Seolah, Rasulullah ﷺ hendak memerintahkan umat Islam agar selalu menjaga kesehatannya dan menggunakannya untuk ibadah dan kebaikan, serta mengingat kematian yang sudah pasti datangnya. Kehidupan akan tidak mempunyai arti ketika jiwa sedang sakit. Demikian pula dengan materi tidak ada gunanya ketika kematian telah datang menghampiri. Oleh sebab itu, Rasulullah saw. memerintahkan agar kehidupan diikat dengan kematian, dan kesehatan diikat dengan sakit.
Menurut Imam al-Ghazali, ada dua pokok penting yang bisa menjadi penyebab panjangnya angan-angan kita yaitu : (1) kebodohan dan (2) cinta dunia dan kesenangan-kesenangannya. Dua hal inilah yang merupakan penyebab munculnya angan-angan yang panjang dan lupa akan kematian. Dengan keduanya itu, kita sering lupa bahwa ada tempat yang lebih baik dari dunia, jangan lupa dengan persiapan-persiapan dalam menunggu datangnya mati, dan persiapan untuk kehidupan abadi di akhirat.
👉 Pada hakikatnya, Rasulullah tidak melarang kita akan rasa cinta dan senang pada dunia. Hanya saja, seharusnya rasa cinta itu harus disertai dengan persiapan-persiapan kematian yang akan kita hadapi selanjutnya. Seharusnya, kesenangannya tidak lantas menjadikan kita lupa bahwa apa pun yang ada di dunia akan berpisah disebabkan kematian.😩