Artikel

Pelajaran Islam, Iman dan Ihsan

SPIRIT TAHAJUD (032) 0102 oleh Drs. H. Amat Sulaiman

SPIRIT TAHAJUD (032) 0102

Pelajaran Islam, Iman dan Ihsan

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَيضاً قَال: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِـي صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ الله،وَتُقِيْمَ الصَّلاَة، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً)، قَالَ : صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: (أَنْ تُؤْمِنَ بِالله،وَمَلائِكَتِه،وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِر، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ)، قَالَ : صَدَقْتَ ، قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ : (أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ)، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ : (مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ)، قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِها، قَالَ : ( أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرى الْحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ )، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ : (يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ ) قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوله أَعْلَمُ، قَالَ: (فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ). رواه مُسلِمٌ

Dari Umar radhiallahu ‘anhu, dia menceritakan, “Ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, pada dirinya tidak ada bekas-bekas datang dari perjalanan, namun tidak ada satu pun di antara kami yang mengenalnya. Kemudian, dia duduk di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Baca Juga  Kejujuran Kunci Hidup Sukses

Dia menempelkan lututnya ke lutut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian, dia bertanya, ‘Wahai Muhammad, sampaikan kepadaku, apa itu islam? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Islam adalah engkau bersyahadat bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan, dan melaksanakan haji ke Baitullah jika engkau mampu pergi ke sana.’

Orang ini berkata, ‘Engkau benar.’” Umar pun mengatakan, “Kami terheran; dia bertanya lalu dibenarkannya sendiri. Orang tersebut bertanya, ‘Sampaikan kepadaku tentang apa itu iman!’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iman itu, engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari akhir, serta beriman kepada takdir baik maupun buruk.’

Orang tersebut menyahut, ‘Kamu benar. Sampaikan kepadaku tentang apa itu ihsan!’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ihsan itu, engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihatnya. Jika engkau tidak bisa, maka sesungguhnya Allah melihatmu.’

Orang itu bertanya, ‘Sampaikan kepadaku, kapan kiamat terjadi?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Orang yang ditanyai tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.’ Orang itu bertanya lagi,

‘Sampaikan kepadaku tentang tanda-tandanya!’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Budak-budak wanita akan melahirkan tuannya, dan engkau akan melihat orang yang tidak memakai alas kaki, suka tidak memakai baju, miskin, dan penggembala kambing berlomba-lomba dalam membuat bangunan yang tinggi.’

Baca Juga  Berlindung dari Lilitan Utang

Kemudian, orang tersebut pergi, sementara aku (Umar) diam (tidak mencari) beberapa hari. Setelah itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Wahai Umar, tahukah kamu, siapa orang yang kemarin bertanya itu?’ Umar mengatakan, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya, dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.’” (HR. Muslim, no. 1)

 

Hadits di atas disebut “hadits Jibril”, karena hadis ini menceritakan tentang Jibril yang datang mengajarkan islam, iman, dan ihsan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Hadits ini ditempatkan oleh Imam Muslim sebagai hadis pertama dalam kitab Shahihnya. Demikian pula, Imam Al-Baghawi menempatkan hadis ini sebagai hadis pertama dalam dua kitabnya: Syarhus Sunnah dan Mashabih As-Sunnah.

 

Sementara, Imam An-Nawawi menempatkan hadis ini sebagai hadis kedua dalam Al-Arbain An-Nawawiyah (Kumpulan 42 Hadis Penting). Hadis ini memiliki banyak redaksi riwayat yang berbeda-beda, padahal kisah yang diceritakan hanya terjadi sekali.

 

Banyak ulama yang menyebutkan bahwa “hadits Jibril” ini merupakan hadits yang agung dan mendapatkan banyak perhatian, karena hadis ini mencakup semua pokok amal zahir dan batin, sehingga semua ilmu dan pengetahuan syariah masuk dalam lingkup “hadits Jibril”. Mengingat status “hadits Jibril” memuat semua ilmu sunah maka Ibnu Daqiqil ‘Id menggelari hadis ini sebagai ummus sunnah (induk sunnah), sebagaimana “Al-Fatihah” digelari sebagai “ummul Qur’an” (induk Alquran), karena kandungannya mencakup seluruh makna Alquran.

Baca Juga  Wiraswasta, Dakwah, dan Inovasi: Kunci Kejayaan Muhammadiyah dari Pekajangan untuk Dunia

 

(Syarah Arbain An-Nawawi, Ibnu Daqiqil ‘Id, hlm. 7)

 

Pelajaran penting dari hadits tersebut adalah :

1. Hendaknya seorang pemimpin berusaha merakyat dengan bawahannya, mendatangi dan duduk-duduk bersama rakyatnya, sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabat.

2. Malaikat memiliki kemampuan untuk berubah wujud menjadi manusia. Biasanya, mereka berubah wujud dengan bentuk fisik manusia yang paling bagus.

3. Anjuran untuk berdandan dan memperindah penampilan ketika hendak menemui ulama atau orang yang mulia lainnya. Sebagaimana Jibril yang mencontohkan dengan memakai pakaian putih bersih dan rambut rapi ketika hendak menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

4. Anjuran untuk mendekat kepada guru atau pengajar ketika mendengarkan kajian. Jibril mendekat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sedang belajar.

5. Diperbolehkan untuk bertanya sesuatu yang sudah diketahui dalam rangka mengajarkan kepada pendengar yang lain.

6. Jika kata “islam” dan “iman” digabungkan dalam satu hadis, maka makna “islam” adalah amal zahir sedangkan “iman” adalah amal batin.

7. Agama ada tiga tingkatan: tingkatan islam (paling bawah), iman (tengah), dan ihsan (atas).

8. Pentingnya beriman kepada takdir baik maupun yang buruk (dalam pandangan makhluk).

9. Tidak ada makhluk yang tahu waktu kiamat akan terjadi, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia paling mulia, dan Jibril, malaikat paling mulia, tidak tahu kapan kiamat akan terjadi.

10. Orang yang ditanya dan dia tidak tahu, hendaknya mengatakan, “Saya tidak tahu,” atau “Allahu a’lam.”

(Fath Al-Qawi Al-Matin fi Syarhi Arba’in, hlm. 28)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button