Artikel

Persahabatan Sejati Karena Allah

SPIRIT TAHAJUD (295) 2410 Oleh Drs. H. Amat Sulaiman

🌻 🌻

 

Dalam ajaran Islam, memupuk persahabatan adalah salah satu ciri orang yang beriman. Karena manusia adalah makhluk sosial, maka dirinya pasti akan selalu membutuhkan orang lain di manapun dirinya berada. Pertalian relasi itu memunculkan ikatan keluarga, pertemanan, dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, memupuk persahabatan adalah salah satu ciri orang yang beriman. Nabi Muhammad SAW mencontohkan hal itu hingga akhir usianya, beliau melakukan dakwah dengan dukungan dari para sahabatnya.

Persahabatan atas dasar cinta kepada Allah ini yang menyebabkan mereka bisa mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Mereka saling mencintai, bertemu karena Allah dan berpisahnya pun karena Allah. Hal ini disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Artinya: “Ada tujuh orang yang dilindungi Allah di bawah lindungan-Nya pada hari tidak ada lindungan kecuali lindungan-Nya: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Ta’ala, orang yang hatinya menyatu dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena-Nya dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang diajak (mesum) oleh wanita yang berketurunan baik dan cantik kemudian ia berkata, ‘Aku takut kepada Allah Ta’ala,’ dan orang yang bersedekah kemudian ia merahasiakannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dinfakkan tangan kanannya, dan orang yang menyendiri dzikir kepada Allah lalu matanya bercucuran air mata.” (HR. Al-Bukhari).

Sungguh bersahabat dengan orang-orang yang saleh adalah nikmat yang sangat besar. Maka dari itu, sudah sepantasnya kita memahami hadits tentang sahabat berikut ini. Umar bin Khattab berkata,

Baca Juga  Keistimewaan Sujud Kepada Allah

ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به

“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.” [Quutul Qulub 2/17]

Iman Syafi’i berkata, “Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah engkau melepaskannya. Karena mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah.”. Ungkapan Imam Syafi’i di atas bila dihayati maka akan terasa betapa mencari sahabat yang senantiasa berupaya mengingatkan kita kepada syariat Allah dan Rasul-Nya, tidak semudah memutar telapak tangan. Artinya, bila seseorang ingin mendapatkan sahabat yang baik dan selalu mengingatkan kepada Allah, maka hal awal yang harus dilakukan adalah memperbarui niatnya terlebih dahulu. Jika niatnya karena Allah ingin mencari sahabat yang baik, maka Insya Allah akan terwujud mendapatkan seorang sahabat yang baik.

Sifat seseorang dan kesalehan itu “menular”, dengan berkumpul bersama orang saleh, maka kita juga akan menjadi saleh dengan izin Allah. Perhatikan hadits berikut:

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً “

“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”.[HR. Bukhari dan Muslim]

Baca Juga  Kenikmatan Melihat Wajah Allah

Hadis di atas mengisyaratkan, perlunya memilih sahabat secara sungguh-sungguh. Memang, keadaan seseorang bisa dipengaruhi oleh teman terdekatnya. Jika benar persahabatannya, ia akan memperoleh banyak ilmu, hikmah, dan manfaat. Sebaliknya, apabila salah dalam berteman, percikan kesalahan itu juga akan menimpanya. Sekurang-kurangnya, ada dua kemungkinan kalau bersahabat dengan teman yang baik, yakni diri sendiri akan ikut menjadi baik atau mendapati kebaikan dari sang sahabat. Karena itu, apabila dalam hati sudah ada keinginan untuk menjadi seorang Muslim yang bertakwa, janganlah keliru dalam memilih sahabat. Ingat pesan dari surah az-Zukhruf ayat 67,

اَلۡاَخِلَّاۤءُ يَوۡمَٮِٕذٍۢ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الۡمُتَّقِيۡنَ

Artinya, “Teman-teman karib pada hari itu (Kiamat) saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.”

Segala hal yang dilakukan seorang Muslim seyogianya dengan niat meraih ridha Allah SWT. Begitu pula dengan berteman. Salah satu ciri sahabat yang saleh ialah gemar mendoakan kawan-kawannya yang beriman. Bahkan, munajat itu tetap mustajab, sedangkan sahabat yang didoakan tidak mengetahuinya.
Hal itu sesuai dengan sabda Nabi SAW, “Sungguh, doa seorang Muslim kepada saudaranya pada saat saudaranya itu tidak mengetahuinya adalah mustajab. Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya itu ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat itu akan berkata, ‘Aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi’.” (HR Muslim).

Di akhir zaman ini, banyak orang membangun persahabatan dengan alasan berbagai jenis. Ada yang bersahabat karena seprofesi; sama-sama guru, jurnalis dan lainnya. Tapi ada juga orang-orang yang bersahabat lintas profesi. Mereka tidak perlu melihat siapa dan kerja sebagai apa dia. Selama ia seorang muslim yang baik akhlaknya, maka mereka itulah sahabat.

Semua jenis persahabatan yang dibangun selain karena dasar jalinan iman dan akidah, pasti akan sirna dan tidak akan pernah bersambung hingga ke akhirat (surga). Tapi sebaliknya, persabatan yang dibangun atas dasar kecintaan kepada Allah, dan karena Allah, maka itulah persahabatan yang akan kekal dari dunia sampai ke surga. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila penghuni surga telah masuk ke dalam surga, lalu mereka tidak menemukan sahabat- sahabat mereka yang selalu bersama mereka dahulu di dunia. Maka merekapun bertanya kepada Allah, ‘Ya Rabb… Kami tidak melihat sahabat- sahabat kami sewaktu di dunia, salat bersama kami, puasa bersama kami, dan berjuang bersama kami. Maka Allah berfirman, “Pergilah ke neraka, lalu keluarkanlah sahabat- sahabatmu yang di hatinya ada iman walaupun sekecil zarrah.” (HR. Ibnul Mubarak dalam kitab Az-Zuhd).

Baca Juga  MENTRANSFORMASIKAN NILAI IBADAH KURBAN KE DALAM PRANATA KEHIDUPAN DUNIA MODERN

Rasulullah SAW memberikan pesan kepada kita, bahwa “Setiap orang akan dikumpulkan bersama dengan orang yang ia cintai” (HR. Bukhari- Muslim). Di dalam Al-Qur’an Surah Al-Ankabut (29:69) Allah menyatakan,

وَالَّذِيۡنَ جَاهَدُوۡا فِيۡنَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَا ‌ؕ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الۡمُحۡسِنِيۡنَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.

Allah telah memberi janji kepada orang-orang mukmin bahwa orang-orang yang berjihad dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan membela agama-Nya semata untuk mencari keridaan Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami yang mengantarkan mereka menuju kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik. Dia memberi balasan yang lebih baik kepada siapa saja yang mengembangkan sikap kebajikan dalam hal apa pun dan kepada siapa pun, tentu setelah semua kewajiban terpenuhi dengan sempurna.

Orang-orang yang telah berusaha bersama dalam perjuangan dan kesulitan, yang saling mencintai karena Allah, mereka itulah sahabat-sahabat yang paling utama.” Maka dari itu, rawatlah persahabatan dengan orang-orang Muslim yang gemar di jalan kebaikan. Sebab, hal itu akan berfaedah kelak di Hari Akhir.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button