SPIRIT TAHAJUD (317) 1611🌻
Hari Kita Adalah Hari Ini Kita Hidup
وعن ابن عمر – رضي الله عنهما- قال: أخذ رسول الله صلى الله عليه و سلم بمنكبي فقال : كن في الدنيا كأنك غريب، أو عابر سبيل وكان ابن عمر – رضي الله عنهما – يقول : إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح ، وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء ، وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك . رواه البخاري.
Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata: Rosululloh saw. pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” (HR. Bukhori)
✍️ Jika datang waktu pagi maka janganlah menunggu tibanya sore. Pada hari ini kita hidup, bukan di hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan kejelekannya, dan bukan pula hari esok yang belum tentu datang. Hari ini dengan mataharinya yang menyinari kita, adalah hari kita. Umur kita hanya sehari. Karena itu anggaplah rentang kehidupan kita adalah hari ini saja, seakan-akan kita dilahirkan pada hari ini dan akan mati hari ini juga. Saat itulah kita hidup, jangan tersangkut dengan gumpalan masa lalu dengan segala keresahan dan kesusahannya, dan jangan pula terikat dengan ketidakpastian-ketidakpastian di masa yang penuh dengan hal-hal yang menakutkan serta gelombang yang sangat mengerikan.
👉 Hanya untuk hari ini sajalah seharusnya kita mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras. Pada hari ini kita harus mempersembahkan kualitas shalat yang khusyu’, bacaan Al-Quran yang sarat tadabbur, dzikir yang sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian pada jiwa dan raga, serta bersikap sosial terhadap sesama. Hanya untuk hari ini saja, saat mana kita hidup.
👉 Oleh karena itu, kita harus benar-benar membagi setiap jamnya. Anggaplah setiap menitnya sebagai hitungan tahun, dan setiap detiknya sebagai hitungan bulan, saat-saat di mana kita bisa menanam kebaikan dan mempersembahkan sesuatu yang indah. Beristighfarlah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada- Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan nanti, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan. Terimalah rezeki yang kita dapatkan dari Allah hari ini dengan penuh keridhaan.
فَخُذۡ مَاۤ اٰتَیۡتُك وَ کُنۡ مِّنَ الشّٰکِرِیۡنَ
“Maka berpegang-teguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS Al-A’raf: 144)
✍️ Banyak orang yang sering menunda amal saleh hanya karena beberapa alasan. Mau bersedekah, ditunda sampai tabungan banyak. Mau shalat dzuhur, masih menunggu waktu yang mendekati shalat ashar. Dan banyak lagi contoh sehari-hari yang sepertinya sepele, namun tidak baik jika dipelihara seterusnya. Bukankah Nabi berpesan kepada kita untuk selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya ? Imam Muslim meriwayatkan dalam hadisnya:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا ».
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Bersegeralah beramal, sebelum datang fitnah (ujian, godaan, keadaan genting yang sulit membedakan antara yang haq dengan yang batil) laksana lipatan malam yang gelap, pada pagi hari seorang menjadi seorang yang beriman dan di sore hari menjadi seorang yang kafir atau sore hari menjadi seorang yang beriman dan pagi hari menjadi seorang yang kafir, (karena) ia menjual agamanya (hanya) dengan sebagian dari dunia.” HR. Muslim.
Sifat menunda amal hanya akan membawa kerugian pada diri kita di dunia, dan penyesalan jauh lebih dalam nantinya di akhirat. Karena jika kita renungkan lebih dalam, bahwa kematian tidak akan pernah bisa ditunda, ia datang kapan saja. Bayangkan jika kita mati dalam keadaan belum melakukan kebaikan apapun, karena selama ini hidup kita penuh dengan menunda-nunda.
👉 Jika kita mau jujur terhadap diri kita sendiri maka dengan kemauan keras, kita akan bisa menundukkan jiwa kita pada teori ini : “Saya tidak akan pernah hidup kecuali hari ini.” Oleh karena itu, manfaatkanlah hari ini, setiap detiknya, untuk membangun kepribadian, untuk mengembangkan semua potensi yang ada, dan untuk membersihkan amalan kita. Karena kita hanya hidup untuk hari ini saja maka kita akan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada Rabb, melakukan shalat sesempurna mungkin, melakukan shalat-shalat nafilah sebagai bekal untuk diri sendiri, bergelut dengan Al-Qur’an, mengkaji buku-buku yang ada, mencatat hal-hal yang perlu, dan menelaah buku yang bermanfaat.
👉 Kita hidup untuk hari ini saja, karenanya kita akan menanamkan nilai-nilai keutamaan di dalam hati ini dan mencabut pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri: takabur, ujub, riya’, dan buruk sangka. Kita hidup untuk hari ini saja, karenanya kita akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kebaikan kepada mereka: menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, menunjukkan jalan yang benar bagi yang kebingungan, memberi makan orang kelaparan, menolong orang yang sedang dalam kesulitan, membantu yang dizhalimi, membantu yang lemah, mengasihi yang menderita, menghormati seorang yang alim, menyayangi anak kecil, dan menghormati yang lebih tua. “Hari kita adalah hari ini”, adalah ungkapan yang paling indah dalam “kamus kebahagiaan”, kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.🙏
