Artikel

Mengagungkan Kehormatan di Sisi Allah

Dalam Islam, Ka’bah merupakan kiblat seluruh kaum muslim
dalam beribadah, tempat melaksanakan ibadah haji dan merupakan tempat pertama
yang dijadikan sarana untuk beribadah kepada Allah. Selain itu, ia merupakan
tempat yang diberkahi oleh Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surah
Ali Imran ayat 97; Karena itu, Ka’bah termasuk salah satu syiar Islam yang
wajib dihormati dan diagungkan.

Menghormati tempat yang dimuliakan oleh Allah termasuk
bagian ketakwaan kepada-Nya. Dalam Al-Quran surat Al-Hajj ayat 32, “Dan barang
siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari
ketakwaan hati”. Ayat ini juga diperkuat dengan firman Allah yang lain dalam
surat al-Hajj ayat 30;

وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللهِ
فَهُوَ خَيْرٌ لّهُ عِنْدَ رَبِّهِ

“Dan barang siapa mengagungkan apa yang terhormat di sisi
Allah, maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya.”

Kehormatan dan keagungan Ka’bah ini masih kalah dibanding
kehormatan dan keagungan seorang mukmin. Karena itu, jika Ka’bah wajib
dihormati dan diagungkan, maka seorang mukmin lebih utama dan lebih wajib untuk
dihormati. Bahkan bisa dikatakan bahwa menghormati seorang mukmin lebih utama
dibanding menghormati Ka’bah. Ini berdasarkan hadis riwayat Ibnu Majah dari
Ibnu Umar, dia pernah berkisah;

رأيت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يطوف بالكعبة، ويقول: ما أطيبك، وأطيب ريحك ! ما
أعظمك، وأعظم حرمتك! والذي نفس محمد بيده، لحرمة المؤمن أعظم عند الله حرمة منك،
ماله، ودمه
.

“Saya pernah melihat Rasulullah Saw thawaf di Ka’bah dan
beliau berkata; ‘Alangkah wanginya kamu dan alangkah wanginya baumu! Alangkah
agungnya kamu dan alangkah agungnya kehormatanmu! Demi Zat yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, sungguh kehormatan orang mukmin lebih agung di sisi Allah
dibanding kehormatanmu, hartanya dan darahnya.”

Baca Juga  Perilaku Durhaka pada Orangtua

Diantara perkara yang paling agung yang ditekankan oleh Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam dalam khutbah beliau ketika Haji Wada, setelah  masalah tauhid dan keikhlasan, adalah perkara
penjagaan terhadap hak-hak sesama Muslim dan peringatan keras terhadap
pelanggaran hak-hak sesama Muslim. Baik hak-hak yang terkait dengan darah,
harta dan kehormatan seorang Muslim. Maka marilah kita renungkan sejenak
khutbah tersebut, dari khutbah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang beliau
sampaikan di hari Arafah, hari Idul Adha, serta hari-hari Tasyriq.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hari Idul Adha. Beliau bersabda:
“Wahai manusia, hari apakah ini? Mereka menjawab: “Hari ini hari haram (suci)”.
Nabi bertanya lagi: “Lalu negeri apakah ini?”. Mereka menjawab: “Ini tanah
haram (suci)”. Nabi bertanya lagi: “Lalu bulan apakah ini?”. Mereka menjawab:
“Ini bulan suci”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya darah kalian, harta-harta
kalian dan kehormatan kalian, adalah haram atas sesama kalian. Sebagaimana
haramnya hari kalian ini di negeri kalian ini dan pada bulan kalian ini”.
Beliau mengulang kalimatnya ini berulang-ulang lalu setelah itu Beliau
mengangkat kepalanya seraya berkata: “Ya Allah, sungguh telah aku sampaikan hal
ini. Ya Allah, sungguh telah aku sampaikan hal ini. Ibnu ‘Abbas radhiallahu
‘anhuma berkata: “Maka demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh
wasiat tersebut adalah wasiat untuk ummat beliau”. Nabi bersabda: “Maka
hendaknya yang hari ini menyaksikan dapat menyampaikannya kepada yang tidak
hadir, dan janganlah kalian kembali kepada kekufuran sepeninggalku, sehingga
kalian satu sama lai saling membunuh”. (HR. Al Bukhari).

Baca Juga  Ramadhan Bulan Penyucian Harta

Dalam larangan Nabi saw. terhadap pembunuhan jiwa yang Allah
haramkan untuk membunuhnya kecuali dengan hak, terdapat penjelasan yang agung
mengenai haramnya (mulianya) darah. Dalam larangan zina terdapat penjelasan
mengenai haramnya (mulianya) kehormatan. Dalam larangan mencuri terdapat
penjelasan mengenai haramnya (mulianya) harta. Tidak diperkenankan untuk
merusaknya serta tidak diperbolehkan berbuat zalim terhadapnya dengan segala
bentuk kezaliman.

Barangsiapa yang melihat realita kaum Muslimin, terlebih
lagi di masa ini, ia akan menemukan banyak orang-orang yang menganggap sangat
remeh dan sepele perkara darah, harta dan kehormatan ini. Tanpa ada rasa takut
sedikitpun kepada Allah dan tanpa merasa diawasi oleh Allah swt. Tanpa merasa
bahwa ia akan dikembalikan dan akan menghadap Allah. Dan siapa yang memahami
urgensi perkara ini dan mengenal agungnya perkara ini, maka sungguh ia telah
mencapai menjadi seorang alim yang mapan dan seorang faqih yang agung. Untuk
merenungi hal tersebut, berikut ini sebuah kisah yang bermanfaat:

كتب رجلٌ إلى عبد الله بن عمر رضي الله
عنهما «أن اكتب لي بالعلم كله» ، فكتب إليه رضي الله عنه : «إن العلم كثير ، ولكن
إن استطعت أن تلقى الله يوم القيامة خفيف الظهر من دماء المسلمين ، خميص البطن من
أموالهم، كافَّ اللسان عن أعراضهم ، لازمًا لجماعتهم فافعل
»

Baca Juga  Sejarah Muhammadiyah di Dukuh Gumelar, Kutosari, Doro, Pekalongan

Seorang lelaki menulis surat kepada Abdullah bin Umar
radhiallahu’anhuma yang berisi: “tuliskanlah untukku sebuah tulisan yang
mencakup semua ilmu”. Maka Ibnu Umar pun menulis sebuah tulisan untuknya yang
berisi: “Sesungguhnya ilmu itu banyak, namun jika engkau mampu untuk bertemu
Allah di hari kiamat dalam keadaan menjaga darah kaum Muslimin, menjaga harta
mereka, dan menahan lisan dari merusak kehormatan mereka, maka lakukanlah”

Ibnu Umar radhiallahu’anhuma menganggap bahwa tiga perkara
ini; menjaga darah, kehormatan dan harta kaum Muslimin sebagai sebuah tingkat
kepahaman ilmu yang besar. Barangsiapa yang diberi taufik untuk memahami hal
ini, sungguh ia telah memperoleh kebaikan yang besar. Maka wajib hendaknya kita
semua memperhatikan perkara yang agung ini dan kita jaga tiga hal tersebut
dengan penjagaan yang sungguh-sungguh. Dan hendaknya kita takut untuk bertemu
Allah di hari kiamat dalam keadaan jiwa kita sudah terkotori oleh perbuatan
melanggar darah seorang Muslim atau kehormatannya atau hartanya. Karena
perkaranya tidaklah ringan. Semoga Allah swt. 
menyelamatkan kita dan menjaga kita dari keburukan, semoga Allah
menjadikan semua urusan kita dalam keadaan baik, sungguh Ia Maha Mendengar dan
Maha Mengabulkan Doa.

ditulis oleh : Drs. H. Ahmad Sulaiman, Wakil Ketua PDM Kabupaten Pekalongan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button