Artikel

Spirit Tahajud #24 : Tafakur Menyesali Dosa

Pekalonganmu.com – Sudahkah kita menyadari bahwa agama
kita ini, agama Islam, adalah agama yang paling sempurna dan paling lengkap?
Betapa tidak, agama kita telah menjelaskan segala sisi dan sudut permasalahan
yang dialami oleh setiap manusia yang ada di muka bumi. Kita bisa buktikan,
tidaklah kita mendapati suatu masalah dalam kehidupan kita, kecuali Islam telah
memberikan solusinya, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagai suri
teladan kita, telah mengajarkan kepada kita semua. Solusi yang lengkap,
sempurna, dan mengandung banyak sekali hikmah dan kebaikan di dalamnya telah
diberikan kepada umatnya.

Salah satu hal yang menunjukkan bahwa
agama Islam ini adalah agama yang sempurna, lengkap, dan tidak ada bandingannya
adalah bahwa Tuhan kita, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuni seluruh
dosa-dosa hamba-Nya, walaupun dosa itu setinggi langit dan sepenuh isi perut
bumi. Hal ini sebagaimana yang telah Allah swt. firmankan kepada kita dalam
sebuah hadis qudsi,

 عن أنس رضي الله عنه قال سمعت رسول
الله صلى الله عليه وسلم يقول – قال الله تعالى : يا بن ادم إنك ما دعوتني ورجوتني
غفرت لك على ما كان ولا أبالي , يا بن ادم لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتني
غفرت لك , يا بن ادم إنك لو أتيتني بقراب الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئاً
لأتيتك بقرابها مغفرة – رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap
kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai
anak Adam, walaupun dosamu setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku,
niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku
dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukanku
dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberi ampunan sepenuh
bumi pula”. (HR. Tirmidzi)

Baca Juga  Muhammadiyah dan Pendidikan: Refleksi di Hari Pendidikan Nasional 2025

Rasulullah saw. juga bersabda,

كُلُّ أَمَّتِي مُعَافًى إِلاَّ
الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ
عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ
الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ
سِتْرَ اللهِ عَنْه

“Setiap umatku dimaafkan kecuali
orang yang melakukan dosa terang-terangan, dan sungguh termasuk kegilaan, jika
seseorang berbuat dosa pada malam hari, kemudian ia masuk waktu pagi dalam
keadaan Allah menutupi dosanya, lalu ia sendiri mengatakan: Wahai fulan tadi
malam aku berbuat dosa ini dan itu. Padahal ia tidur malam dalam keadaan Rabbnya
menutupi aibnya, dan ia masuk waktu pagi seraya menyingkap tutupan Allah
darinya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Dosa bagi sebagian orang dianggap
sebagai sesuatu yang membanggakan. 
Apalagi dosa berkenaan dengan korupsi harta banyak, dianggap sebagai
bagian dari suatu prestasi besar yang tak semua orang mampu melakukannya.
Prestasi itu belum terasa puas, bila belum diketahui orang lain.  Itulah lazimnya yang mendorong seseorang untuk
menceritakan dosa-dosa itu kepada orang lain dengan penuh rasa bangga.

Menurut para ulama, seharusnya setiap
dosa disesali.  Menyesali dosa  adalah bagian dari sikap menuju taubat.  Apalagi membanggakan dosa termasuk perilaku
orang-orang yang sudah mati hatinya. Perbuatan tersebut muncul dari orang-orang
yang sudah hilang rasa malunya. Padahal malu adalah bagian dari iman. Sehingga
wajar orang-orang seperti itu diabaikan oleh Allah. Hati yang sudah mati
amatlah berbahaya, karena sulit menerima cahaya untuk kembali ke jalan Allah.
Akibatnya, tak tertutup kemungkinan ajal tiba sebelum sempat bertaubat.

Baca Juga  Ramadhan Bulan Penyucian Harta

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا
فِي الأرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ
أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ
إِلا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ
أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ
فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih
baik (surga). (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji
yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas
ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu. ketika Dia
menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka
janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang
orang yang bertakwa.(QS. an-najm : 31-32)

Di samping itu, membanggakan dosa
bisa membangkitkan minat orang lain untuk mencobanya.  Akibatnya, dosa-dosa dari perbuatan-perbuatan
para pengikutnya akan terus mengalir. 
Karena itu, sepantasnya benar-benar menyesali setiap dosa yang kita
lakukan, sehingga akan berusaha memanfaatkan setiap peluang untuk memohon maaf
kepada manusia dan kepada Allah.

Baca Juga  Orang Yang Rugi Karena Amalnya

Setelah kita mengetahui betapa
luasnya rahmat dan ampunan Allah Ta’ala kepada para hamba-Nya, dan betapa keras
balasan dan celaan terhadap para hamba-Nya yang durhaka terhadap-Nya, maka
marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah swt. Karena Dia telah memilih
kita di antara milyaran manusia yang lain untuk menjadi seorang muslim yang
akan merasakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi yang bertakwa
kepada-Nya. Bersyukur dengan cara mempelajari agama yang haq dan sempurna ini,
mempelajari hal-hal yang menjadikan Rabb kita rida kepada kita sehingga kita
bisa melakukannya, dan hal-hal yang menyebabkan Rabb kita marah kepada kita,
sehingga kita bisa menjauhi hal tersebut.

Marilah kita bersama-sama berusaha
untuk menjadikan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagai suri teladan
dan panutan kita dalam setiap keadaan. Sehingga kita bisa menjadi hamba yang
diridai-Nya dan kita bisa merasakan kenikmatan yang kekal di hari yang abadi di
surga-Nya. Jadikan dosa dan maksiat yang pernah kita lakukan itu adalah sesuatu
yang besar sehingga kita tidak meremehkannya dan tidak terus menerus
melakukannya. Dengan seperti itu, lisan kita akan senantiasa beristigfar atas
banyaknya dosa dan maksiat yang telah kita lakukan, sembari mengharapkan
luasnya rahmat dan ampunan-Nya untuk kita. Semoga Allah Ta’ala senantiasa
memberikan kita taufik dan istikamah di atas jalan-Nya. Amin.

penulis : Drs. H. Ahmad Sulaiman, Wakil Ketua PDM Kabupaten Pekalongan


Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button