Hijrah Menuju Arah Kehidupan Baru
Pada dasarnya, kita tidak punya pilihan satu pun dari beberapa rincian mengenai kelahiran kita. Jika bukan karena pilihan Allah satu kehidupan yang baru lahir ke dunia ini kita tidak akan tahu ke mana harus berjalan atau di mana harus menetap, kita juga tidak akan memiliki relasi, dan tidak punya tempat bernaung, serta tidak punya rumah yang sebenarnya untuk menetap. Namun, karena pengaturan yang cermat dari Allah, Sang Pencipta, kita pun bisa memulai perjalanan kehidupan kita dengan tempat tinggal orang tua, tempat yang menjadi milik kita, dan kerabat kita.
Penentuan sejak semula atas kelahiran baru kita oleh Sang Pencipta berarti bahwa Allah akan memberikan kepada kita segala hal yang kita butuhkan demi kelangsungan hidup kita, sehingga sejak itu kita akan hidup dalam wujud yang lain, dibekali oleh Sang Pencipta dan tunduk pada kedaulatan Sang Pencipta Allah Swt.
Kehidupan kita sebagai manusia tidak bisa terpisahkan dari tanah, mulai dari awal penciptaannya, kelangsungan hidupnya hingga terakhir di saat kematiannya. Ketika sudah demikian, sudah seharusnya tanah kita rawat dan kita lestarikan dengan benar. Terkait dengan tanah, ada satu petunjuk dari ayat Al-Quran tentang teologi tanah, yaitu surah Thahaa ayat 55,
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.
Imam At-Tabari dalam tafsirnya menyampaikan bahwa Allah telah menginformasikan kepada kita tentang kekuasaan-Nya, bahwa Dia telah menciptakan semua manusia dari satu bahan yang sama, yaitu tanah, lalu terbentuklah tubuh manusia yang sehat dan kuat. Setelah itu kita (manusia) pada akhirnya nanti akan mati dan dikubur di tempat yang sama, yaitu tanah dan akhirnya kita kembali menjadi tanah seperti ketika kita belum diciptakan. Kemudian masih dari bahan yang sama pula Allah akan mengeluarkan dan menghidupkan kita kembali di kehidupan yang kedua nanti di hari kebangkitan.
Melalui ayat ini pula Allah mengingatkan kepada kita sebagai manusia akan asal muasalnya. Semua manusia berasal dari hal yang sama dan nanti akan kembali menjadi hal yang sama pula. Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi kita untuk menyombongkan diri kita dengan merasa lebih dari yang lain. Pembeda dari mereka dengan kita hanyalah satu, yaitu imannya, sebagaimana firmanNya dalam surah Al-Hujurat 13, (sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Tujuan manusia diciptakan oleh Allah menurut Islam yang paling utama adalah untuk beribadah dan bertakwa pada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan ayat QS.Adz Dzariyat: 56 yang berbunyi:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56).
Berdasarkan ayat tersebut di atas dijelaskan bahwa Dia telah menciptakan manusia dan jin semata-mata agar mereka beribadah kepada-Nya. Allah menciptakan kita bukan hanya untuk sekedar tidur, bekerja, makan maupun minum melainkan untuk melengkapi bumi ini dengan beribadah kepada-Nya. Menurut tafsir Ibnu Qoyyim Al Jauziyah: “bahwa tujuan Allah menciptakan kita manusia serta jin dan makhluk lainnya di bumi ini adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah tidak mungkin menciptakan makhluk begitu saja tanpa pelarangan atau perintah”
Ibadah adalah wujud bakti. Dalam KBBI dijelaskan pengertian ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah SWT (Tuhan). Ibadah adalah didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Istilah ibadah adalah bukan hanya gambaran perilaku tunduk dan patuh yang diajarkan dalam agama Islam. Perilaku ibadah adalah sama seperti yang dilakukan umat beragama lainnya, mendekatkan diri kepada Tuhan yang dipercayainya.
Ibadah adalah bagian dari cinta. Dalam buku berjudul Kuliah Fiqh Ibadah oleh Syakir Jamaluddin, memaparkan pengertian ibadah adalah puncak ketaatan dan ketundukan yang di dalamnya terdapat unsur cinta (al-Hubb).“ Akhir dari perasaan cinta yang sangat tinggi adalah penghambaan diri, sedangkan awalnya adalah ketergantungan,”. Ibadah dalam Islam mencakup seluruh sisi kehidupan, ritual dan sosial, hablumminah (hubungan vertikal) dan hablumminannas (hubungan horizontal), meliputi pikiran, perasan dan pekerjaan.
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٦٢)
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am:162).
Dalam ajaran Islam, kita semua harus yakin bahwa dunia adalah ladang beribadah dan amal saleh untuk kehidupan akhirat kelak. Semua yang kita tanam di ladang kehidupan dunia akan kita panen hasilnya di kehidupan akhirat kelak. Selama apa yang kita tanam dan cara kita menanam sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam Islam. Untuk itu, bagi orang-orang yang telah menanam dengan baik di ladang kehidupan dunia, mereka tidak akan takut dengan kematian. Karena pada hakikatnya, mereka justru akan segera memanen hasilnya. Karena kita tahu, bahwa kematian adalah pintu masuk kehidupan akhirat.
“Salah satu bukti kekuasaan Allah SWT adalah menciptakan mati dan hidup serta menentukan ajalnya. Allah SWT menentukan kadar-kadarnya bagi yang hidup untuk menguji manusia. Siapa yang lebih baik amalnya dengan seikhlas mungkin,”. Allah berfirman dalam surat Al Mulk ayat 2
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Allah SWT menguji hamba-Nya dengan berbagai hal dalam kehidupan hingga kematian. “Allah telah menciptakan seluruh makhluk ini dari ketiadaan, untuk menguji jin dan manusia, siapakah dari mereka yang paling baik amalnya,”. Dengan surat Al Mulk ayat 2 ini, maka tak ada alasan bagi seorang muslim untuk tak berbuat sesuai aturan Allah SWT. Ujian yang pasti selalu hadir tak jadi alasan bagi manusia untuk melanggar ketentuan Allah SWT.
Sebaliknya, ujian harus menjadi peluang bagi manusia untuk lebih dekat dengan Allah SWT. Saat ujian, manusia sebaiknya segera mohon ampun dan jalan keluar pada Allah SWT sebagai penguasa alam semesta. “Allah SWT Maha Perkasa tidak ada satu pun yang dapat mengalahkan-Nya. Dia juga Maha Pengampun dengan menghapus dosa bagi orang-orang yang bertobat. Kuasa Allah SWT menciptakan hidup, mati, dan seluruh alam raya,”.
Sesuai tafsir surat Al Mulk ayat 2, Allah SWT selalu mengasihi seluruh makhluk-Nya. Dengan kuasa-Nya, ujian yang melanda tiap manusia akan terlewati dengan baik. Ingat ya, bahwa kehidupan adalah siklus. Berputar dan selalu berputar. Pagi lalu malam, lalu pagi lagi. Tidur, lalu terbangun, lalu ketika malam tiba kita tertidur lagi, pagi harinya kita bangun lagi, dan begitu seterusnya.
Kehidupan selalu megalami proses tawaf. Satu-satunya yang tidak bisa berputar kembali ke semula adalah umur. Untuk itu, mari rayakanlah tasyakuran kelahiran kita setiap bangun tidur dengan hati yang bergantung kepada Dzat yang menciptakan kita. Dan sebelum habis umur kita, alangkah lebih baik kita sebanyak-banyaknya menanam hal-hal yang baik di ladang kehidupan dunia ini, dan tentu dengan cara yang baik pula.