UMPP Gelar Kelas BISINDO Perdana: Inklusivitas Dimulai dari Bahasa

PEKALONGANMU.COM , Pekalongan, 20 Agustus 2025 — Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP) menggelar kelas perdana Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) sebagai bagian dari komitmen menuju kampus inklusif dan ramah difabel. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa lintas jurusan, dosen, serta tenaga kependidikan, dan berlangsung di ruang CoWorking Space Perpustakaan Rektorat UMPP.
Yang istimewa, kelas ini dipandu langsung oleh tiga Guru Tuli dari Tim BISINDO Pekalongan: Ika Rizqi—calon wisudawan Tuli pertama UMPP—bersama Mia dan Sasa. Ketiganya berbagi ilmu sekaligus pengalaman hidup sebagai bagian dari komunitas Tuli.
“Ika sudah menjadi contoh nyata bagaimana difabel mampu beradaptasi dan menyelesaikan studi di lingkungan non-difabel. Kesungguhannya adalah inspirasi bagi kita semua. Maka sudah seharusnya kita yang non-difabel juga belajar menyesuaikan diri dan bersikap inklusif,” ujar Rektor UMPP, Dr. Nur Izzah, S.Kp., M.Kes., saat membuka kelas.
Di awal sesi, para Guru Tuli memperkenalkan konsep “Dunia Tuli” dan menjelaskan bahwa istilah “Tuli” lebih disukai dibanding “Tunarungu” karena mencerminkan identitas dan budaya komunitas mereka. Mereka juga menekankan bahwa BISINDO adalah bahasa isyarat alami yang berkembang dari budaya Tuli, berbeda dengan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) yang merupakan sistem buatan pemerintah dan dianggap kurang sesuai dengan gestur alami Tuli.
“BISINDO itu milik kami, bagian dari budaya Tuli. Lebih mudah dipelajari dan lebih jujur dalam menyampaikan ekspresi,” jelas Ika Rizqi di hadapan peserta.
Materi kelas dimulai dengan pengenalan abjad BISINDO dari A hingga Z, dilanjutkan dengan isyarat untuk salam, perkenalan, hari, bulan, istilah perkuliahan, dan kata-kata sederhana yang sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Suasana kelas terasa hangat dan penuh antusiasme, terlebih saat peserta diminta langsung mempraktikkan perkenalan dalam bahasa isyarat.
“Awalnya gugup, tapi ternyata menyenangkan. Kami jadi lebih paham bagaimana berkomunikasi dengan Tuli,” ungkap salah satu peserta dari BEM UMPP.
Kelas ditutup dengan sesi interaktif, di mana peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk melakukan percakapan langsung dengan para Guru Tuli. Meski tanpa suara, interaksi berlangsung hidup dan penuh tawa. Peserta aktif bertanya tentang isyarat baru dengan mengeja kata menggunakan abjad BISINDO, lalu diajarkan gestur yang sesuai.
Kelas BISINDO perdana ini menjadi tonggak awal UMPP dalam membangun lingkungan kampus yang inklusif dan suportif terhadap difabel. Harapannya, kegiatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga mendorong advokasi dan promosi BISINDO sebagai bagian dari budaya kampus.
“Kami ingin UMPP menjadi ruang belajar yang setara bagi semua, termasuk Tuli. Kelas ini adalah langkah kecil yang berdampak besar,” tutup Dr. Nur Izzah.