
🌻 *SPIRIT TAHAJUD (264) 2309* 🌻
Orang Yang Rugi Karena Amalnya
وَٱلۡعَصۡرِ ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
1. demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
👉 Sungguh rugi jika selama hidup di dunia telah banyak melakukan amal-amal kebaikan, tapi ketika di hadapan Allah Swt. semua tidak berguna karena sebuah kesalahan. Bisa jadi seseorang memiliki banyak amal seperi puasa, shalat malam, haji, sedekah, dan amal baik lainnya. Namun semua itu ternyata tidak berguna ibarat debu yang beterbangan. Hal ini telah diinformasikann oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadits menyebutkan bagaimana seseorang bisa merugi karena ia memiliki amal yang banyak tapi semua hilang karena sebuah dosa yang ia lakukan. Beliau menyebutkan ada hadits dari Tsauban ra. bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda:
لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا
“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu yang berterbangan.” Tsauban bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka dan jelaskanlah perihal mereka agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa disadari.”Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendirian mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.” (Shahih. HR. Ibnu Majah).
👉 Itulah hadits yang memberitahukan bahwa seseorang yang datang dengan amal kebaikan sebanyak Gunung Tihamah tapi semua menjadi debu (tidak berguna) karena ia bermaksiat kepada Allah ketika sendiri. Seseorang sangat mungkin menjauh dari dosa dan maksiat saat berada di hadapan dan dilihat orang lain. Akan tetapi jika ia menyendiri dan terlepas dari pandangan manusia, ia melepaskan tali kekang nafsunya lalu melakukan dosa dan melanggar apa yang diharamkan oleh Allah. Semakna dengan hadis Tsauban, Allah Swt. juga berfirman dalam surat An-Nisa ayat 108:
يَسْتَخْفُونَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ ٱللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَىٰ مِنَ ٱلْقَوْلِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا
“Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridai-Nya. Allah Maha Meliputi apa yang mereka kerjakan.”
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa saja yang dikerjakan hamba-hambaNya meskipun di malam hari dan tidak ada seorang pun yang melihatnya. Mengapa dosa ini yaitu bermaksiat ketika sendiri dapat menghapus amal kebaikan meskipun sebesar gunung sekalipun ? Sesungguhnya sikap ini menunjukkan sikap munafik. Dalam hal ini meski sifat munafiknya bukan dalam sisi iktikad (keyakinan) tapi dari sisi amalan. Maka tidak hanya merugi tapi sungguh celaka karena dosa yaitu berani bermaksiat dikala sendiri ini menjadikan amalan kebaikan yang dilakukan tidak lagi berguna. Adapun yang bermaksiat dalam keadaan berani (menganggap remeh) itulah yang membuat amalnya terhapus. Mengingat betapa meruginya orang yang berbuat demikian, maka sekuat tenaga kita harus berusaha untuk menjauhinya. Sebab Allah Maha Melihat apa yang dikerjakan hamba-hamba-Nya baik di kala ramai atau sepi. 🙏
Banyak amal identik dengan banyak hasil atau banyak pahala. Tapi kali ini tidak, perbuatannya banyak tapi menjadi golongan manusia yang paling merugi. Simak firman Allah dalam surat al-kahfi ayat 103-104,
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا . الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?”(103) (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya. (104)
Memang secara dhohir ayat ini ditujukan untuk orang-orang musyrik. Namun makna ayat ini umum dan mencakup orang beriman sekalipun. Lalu, siapa orang yang paling merugi tersebut ? Mereka adalah orang-orang yang malang, amal mereka menumpuk tapi jalan mereka salah di dunia ini. Dan lebih parahnya, mereka merasa telah berbuat yang benar dan terbaik.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
Mereka itu adalah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sia amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat. (QS.Al-Kahfi:105)🙏
👉 Jika kita perhatikan ayat ini, bukan hanya amal yang sia-sia. Bahkan Allah tidak menganggap amalan mereka itu ada. “Dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.”
Siapakah mereka ? Siapakah yang bahkan amalnya tidak ditimbang karena tak bernilai sama sekali ? Lalu bagaimana amal seseorang itu menjadi debu yang terbang dan menghilang sia-sia ? Pengingkaran ! Ya, pengingkaran lah (atau biasa disebut kekufuran) yang membuat amal mereka sia-sia. Karena seorang yang kufur tidak memiliki jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan amalan mereka tak ada artinya sama sekali. Tak hanya orang kafir, mereka yang beriman pun bisa kehilangan seluruh amalnya bila dia beramal bukan untuk Allah swt. Sebenarnya, suatu perbuatan itu tidak pernah abadi. Ketika dilakukan, selesai dan selesai.
Nah, yang membuatnya abadi adalah ketika kita melakukannya untuk Allah swt, Sumber Keabadian. Jika tidak diniatkan untuk Allah, cepat atau lambat hasil perbuatan itu akan sirna.
Karena itu, sebelum kita berpikir untuk melakukan sesuatu hendaknya kita menyiapkan wadah untuk perbuatan ini. Karena segala sesuatu memiliki bahan dan bentuknya. Bahan dari amal kita adalah sedekah, puasa, shalat dan kebaikan yang lain. Sementara semua itu akan memiliki bentuk dan hasil ketika kita niatkan untuk Allah. Semua perbuatan itu akan abadi.
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS.Al-Kahfi:110)
👉 Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merasa paling banyak beramal, namun pada akhirnya menjadi manusia paling merugi.🙏