
🌻 *SPIRIT TAHAJUD (267) 2609*🌻
*Penghalang Turunnya Adzab Allah*
✍- Adzab Allah yang bersifat penghancuran umum – menurut sebagian ulama – tidak terjadi lagi setelah Allah Ta’ala menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa berdasarkan isyarat dari ayat Al-Quran: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia, petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat.” (QS. Al-Qashash: 43)
Terkait isyarat dari ayat tersebut, Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Bahwa sesudah diturunkan Taurat, Allah tidak mengadzab suatu umat atau kaum dengan adzab yang menyeluruh…” Sementara Firaun dan bala tentaranya dibinasakan sebelum Nabi Musa menerima kitab Taurat. Terlepas dari pendapat tersebut di atas, ada beberapa hal yang bisa menjadi penghalang turunnya adzab Allah dengan penghancuran menyeluruh sebelum hari kiamat.🍀
Adzab Allah dengan penghancuran menyeluruh disebut dengan istilah adzab *istishal* yaitu adzab dengan penghancuran suatu komunitas secara menyeluruh sehingga tidak ada yang hidup lagi di antara mereka, seperti yang terjadi pada kaum Ad, Tsamud, kaum Nabi Luth dan Firaun beserta bala tentaranya. Ada beberapa faktor yang dapat menghalangi turunnya adzab Allah yang bersifat penghancuran umum tersebut, meskipun adzab Allah kepada individu atau beberapa pihak yang dzalim masih mungkin terjadi. Di antara yang dapat menjadi penghalang turunnya adzab yaitu :
*Pertama*, Keberadaan pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, atau para ulama dan dai atau kaum muslimin yang mau melakukan *amar maruf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat.* Allah berfirmam : “Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Ya Allah, jika betul (Alquran) ini, dialah yang benar dari sisi-Mu, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka *meminta ampun.* (QS. Al-Anfal: 32-33).
Demikian juga berdasarkan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan derajat hasan, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, lakukanlah *amar maruf nahi munkar* atau hampir saja Allah mengirimkan hukuman atas kalian dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya lalu doa kalian tidak dikabulkan.” (HR. Tirmidzi).
*Kedua,* Keberadaan *orang-orang yang beristighfar memohon ampun kepada Allah* di tengah masyarakat. Atau keberadaan orang-orang yang berdosa namun masih menyadari bahwa perbuatannya adalah dosa, dan masih menyesalinya dengan *mohon ampun kepada Allah*, seperti yang disebutkan oleh ayat 33 Surat Al-Anfal di atas. Dalam kehidupan dunia saat ini hampir selalu ada para dai pelaku amar maruf nahi munkar, atau kelompok kaum muslimin yang melakukan amar maruf nahi munkar dengan menggunakan berbagai sarana, atau orang-orang yang masih memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa mereka.
Umat-umat terdahulu dihancurkan oleh Allah karena Nabi mereka dan orang-orang yang beriman diusir semuanya dari wilayah tempat mereka berkumpul, atau karena Allah memerintahkan Nabi dan umatnya yang beriman untuk pergi meninggalkan orang-orang kafir tersebut, seperti yang terjadi pada kaum Nabi Luth alaihissalam, sehingga wilayah itu menjadi steril dari orang-orang baik, kemudian Allah menurunkan adzab-Nya.
*Ketiga*, Karena *Allah berkehendak menunda adzab secara fisik* untuk orang-orang dzalim tanpa melalaikan perhitungan atas kedzaliman yang mereka lakukan dan menyediakan adzab yang pedih untuk mereka di akhirat. “Dan janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak (hari kiamat).” (QS. Ibrahim: 42).
*Keempat,* Adanya *hikmah lain yang bisa jadi hanya Allah yang tahu* sehingga Dia tidak menurunkan adzab-Nya kepada suatu kaum meskipun penghalang-penghalang lain sudah tidak ada. Diantara bentuk hikmah tersebut misalnya: *Allah mengetahui bahwa di antara mereka di masa depan ada yang bertobat, yang kafir menjadi muslim, yang dzalim menjadi pembela orang yang dizalimi dan seterusnya*. Seperti yang terjadi pada Khalid bin Walid, Ikrimah bin Abu Jahal, Hindun binti Utbah radhiyallahu anhum di masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. “Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu, Allah menerima tobat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang dzalim. Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 128-129).
👉 Allah mengetahui bahwa di antara keturunan mereka kelak ada yang beriman kepada-Nya sehingga sekalipun mereka tidak bertobat hingga akhir hayat, kehidupan mereka diperlukan untuk melahirkan keturunan yang saleh di masa depan. Ketika Rasulullah ditawarkan oleh malaikat penjaga gunung untuk menghancurkan orang-orang kafir yang menyakiti beliau dengan menimpakan dua buah bukit kepada mereka, Rasulullah menjawab, “Bahkan aku berharap Allah mengeluarkan dari sulbi mereka keturunan yang akan beribadah kepada Allah semata, tidak menyekutukan-Nya.” (HR. Bukhari & Muslim).🙏
Begitulah rahasia Ilahi Robbi, Dia Maha Mengetahui apa-apa yang tidak kamu ketahui dari rahasia kehidupan ini. Bersabarlah menghadapi ketentuan Allah swt. tersebut. Pasti ada hikmah yang baik di balik suatu ketetapan-Nya.