Pengurus Lazismu Harapkan Program Inovatif dan Berdampak Bagi Masyarakat

Pekalongan – Ketua Badan Pengurus Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) Kabupaten Pekalongan, M. Ali Sofyan, berharap dapat meningkatkan kapasitas pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) dan menghadirkan program-program Lazismu yang inovatif dan lebih berdampak bagi masyarakat. Hal tersebut disampaikannya merespon penyelenggaraan kegiatan Sekolah Amil Divisi Program 2025 yang diselenggarakan oleh Lazismu Wilayah Jawa Tengah, 10 s.d 15 Oktober 2025 di Kota Semarang.
Ali Sofyan juga mengucapkan terima kasih kepada Manager Eksekutif Lazismu Kabupaten Pekalongan, Sutiknyo, S. TP, dan Divisi Program Lazismu Kabupaten Pekalongan, Miftahuddin, SE, MM, yang tengah menjadi peserta pada kegiatan tersebut.

Ali Sofyan berharap kepada seluruh eksekutif Lazismu Kabupaten Pekalongan untuk terus berproses, belajar dan berkontribusi, karena setiap langkah kecil yang diambil hari ini adalah bagian dari dampak besar untuk umat.
Sementara itu, Ketua Badan Pengurus Lazismu Jawa Tengah, Dwi Swasana Ramadhan, berharap agar Lazismu mampu menjadi solusi bagi masalah masyarakat.
“Ketika Lazismu mampu menjadi solusi bagi masalah masyarakat, disitulah kepercayaan tumbuh. Dari kepercayaan lahir kekuatan besar untuk menebar manfaat tanpa batas”, tutur Rama, sapaan akrab Dwi Swasana Ramadhan.

Rama juga menjelaskan bahwa keberhasilan program bukan hanya soal anggaran atau penghargaan, tetapi hasil dari kolaborasi dan sinergi.
“Ketika setiap daerah saling berbagi praktik baik dan mendukung satu sama lain, maka kekuatan Lazismu Jawa Tengah akan semakin besar. Dari sinilah gerakan kebaikan tumbuh dari daerah untuk Indonesia”, ungkap Rama.
Rama juga menjelaskan bahwa Lazismu Jawa Tengah kini fokus mengembangkan fundraising by program, dimana setiap inisiatif sosial dibangun dari pemahaman akar masalah di masyarakat.

“Salah satu contohnya adalah Kampung Barutikung (Bandarharjo, Semarang Utara). Dari kampung yang dikenal keras, menjadi tempat perubahan sosial ketika Lazismu hadir memberi solusi”, tutur Rama.
Rama juga menjelaskan bahwa kegiatan Sekolah Program Lazismu digelar selama enam hari lima malam dan diikuti oleh seluruh perwakilan Lazismu daerah se-Jawa Tengah.
“Kegiatan ini bukan sekedar pelatihan teknis, tetapi ruang bersama untuk belajar membangun program yang berdampak bagi umat dan masyarakat”, imbuh Rama.

Rama berharap melalui Sekolah Program, Lazismu Jawa Tengah ingin mengajak seluruh peserta untuk kembali ke akar, mempelajari bagaimana setiap aktifitas bisa menjadi jalan perubahan.
“Bukan sekedar laporan kegiatan, tetapi kisah nyata tentang bagaimana Lazismu hadir dan memberi arti bagi kehidupan orang lain”, tutur Rama. (Fakhrudin)