Artikel

Mencintai dan Dicintai Allah Swt

SPIRIT TAHAJUD (334) 0312

Kita hidup di dunia ini hanyalah untuk beribadah menghamba kepada Sang Khaliq, Allah swt. Untuk itulah kita diciptakan. Allah berfirman : *“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”* (ad-Dzariyat : 56)

Dia-lah Allah Yang Mahasuci yang kita ibadahi dengan rasa takut (khauf), berharap (raja’) dan cinta (mahabbah). Tiga rasa ini tidak boleh ada yang hilang salah satunya, ketiganya harus komplet ada pada diri si penghamba.

Mencintai Allah Swt. yang selanjutnya kita sebut dengan istilah mahabbatullah, bagaimanakah hakikatnya ? Apakah diri kita sudah mencintai-Nya dengan semestinya ? Ataukah diri kita malah tenggelam dalam mengejar cinta makhluk atau kalbu kita disesaki dengan mabuk cinta kepada makhluk sehingga tidak tersisa tempat untuk-Nya?

Jujur harus kita akui, kebanyakan dari umur kita telah kita lalui dengan pembicaraan tentang cinta kepada makhluk dan ambisi untuk beroleh cinta makhluk. Ketika cinta kita kepada si makhluk bertepuk sebelah tangan, gayung tiada bersambut, maka patahlah hati kita, serasa sesak dada kita. Demikianlah cinta dan mencinta makhluk, kita bisa bahagia dan juga bisa “sakit” karenanya.

Adapun cinta yang selama ini sering kita abaikan dan terluputkan dari pikiran kita, padahal dia merupakan cinta teragung. Itulah cinta kepada Allah Swt. Tidak akan patah arang seorang hamba yang mencintai-Nya ketika mengejar cinta-Nya. Karena siapa yang jujur dalam cintanya, Allah Swt. pasti akan membalasnya. Sebuah cinta yang berbuah kemanisan, kelapangan, dan kebahagiaan di dunia dan terlebih lagi di akhirat kelak.

Baca Juga  Manusia Lahir Terikat Perjanjian

Mahabatullah adalah sebuah kelaziman bagi yang mengaku beriman kepada-Nya, baik dia lelaki maupun perempuan. Bahkan cinta ini termasuk syarat kalimat Laa ilaaha illlallah dan merupakan asas atau landasan dalam beramal. (ad-Da’u wa ad-Dawa’, Ibnul Qayyim, hlm. 303). Yang namanya mencintai Allah bukanlah sekadar pengakuan lisan atau ucapan di bibir saja, namun harus seiring dan selaras sebagaimana yang dinyatakan dalam tanzil-Nya,

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang (Ali Imran: 31)

Kata al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah, “Ayat yang mulia ini merupakan hakim pemutus (yang memberikan penghukuman) bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah Swt, sementara orang itu tidak berjalan di atas jalan yang ditempuh oleh Rasul Muhammad Saw. Pertanda orang itu dusta dalam pengakuan cintanya sampai dia mau mengikuti syariat Nabi Muhammad Saw., tunduk pada ajaran nabawiyah dalam seluruh ucapan, perbuatan dan keadaan yang sebenarnya.

Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang. Dalam konteks filosofi cinta itu merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.

Baca Juga  Syari'at Puasa Umat Terdahulu

Ada juga pendapat lainnya yang mengatakan bahwa, cinta adalah sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

*Lalu kepada siapa cinta kita harus diberikan ?*

Bagi seorang mukmin, cinta yang pertama dan utama harus diberikan kepada Allah, Rasul-Nya dan Jihad fi sabilillah. Abdullah Nashih ‘Ulwan menyebut tiga tingkatan cinta itu dengan istilah : (1) al-Mahabbah al-Ula, (2) al-Mahabbah al-Wustha, (3) al-Mahabbah al-Adna.

Sewaktu masih kecil Husain (cucu Rasulullah Saw.) bertaya kepada ayahnya, Sayidina Ali ra: “Apakah engkau mencintai Allah?” Ali ra menjawab, “Ya”. Lalu Husain bertanya lagi: “Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu?” Ali ra kembali menjawab, “Ya”. Husain bertanya lagi: “Apakah engkau mencintai Ibuku?” Lagi-lagi Ali menjawab,”Ya”. Husain kecil kembali bertanya: “Apakah engkau mencintaiku?” Ali menjawab, “Ya”. Terakhir Si Husain yang masih polos itu bertanya, “Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?” Kemudian Sayidina Ali menjelaskan: “Anakku, pertanyaanmu hebat! Cintaku pada kekek dari ibumu (Nabi Saw.), ibumu (Fatimah ra) dan kepada kamu sendiri adalah kerena cinta kepada Allah”. Karena sesungguhnya semua cinta itu adalah cabang-cabang cinta kepada Allah Swt. Setelah mendengar jawaban dari ayahnya itu Husain jadi tersenyum mengerti.

Baca Juga  Berbantah-bantahan di Akherat

Adapun tingkatan Cinta kepada Allah swt. meliputi khauf, raja’ dan mahabbah. Inilah penjelasannya :
a) Seseorang yang mencintai Allah karena takut akan siksanya. Ini tingkatan pertama cinta kepada Allah. Cukup kiranya dengan ibadah biasa.
b) Seseorang yang mencintai Allah karena mengharapkan pahala [surga] dari-Nya. Ini mahabbah tingkatan kedua. Bentuk ibadahnya tentu lebih baik dari ibadah tingkatan pertama.
c) Seseorang yang mencintai Allah karena memang mencintai-Nya, tanpa pamrih apapun. Ini adalah cinta tingkatan paling atas. Karena yang ia harapkan hanyalah dekat dengan-Nya. Dan ini tidak cukup dengan ibadah-ibadah biasa, akan tetapi butuh penalaran dan latihan spiritual [riyadhatun nafs] yang lebih mendalam.

Pernah pada suatu kesempatan Nabi Muhammad SAW. beribadah shalat di tengah malam, hingga kakinya bengkak. Kemudian beliau diingatkan oleh Siti Aisyah, bahwa beliau tidak usah memaksakan diri seperti itu, karena Allah telah mengampuni dosa-dosanya baik yang lalu atau yang akan datang. Akan tetapi jawaban Nabi SAW sangat mengesankan sebagai seorang manusia pilihan yang telah mencapai derajat sempurna dengan mengatakan: “Wahai Aisyah, Apakah saya tidak boleh menjadi seorang hamba yang bersyukur ?” Begitulah rasanya mencintai dan dicintai Allah.🙏

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button